Home

“Bacalah!!! Bacalah!!! Bacalah!!! Dengan nama Tuhan-mu…”

Bagi saya ini merupakan perintah yang amat dahsyat, saya tidak habis pikir. Kalau Firman ini menjadi awal mula diturunkannya wahyu kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

Tuhan memang begitu luas ilmu-Nya, sehingga tepat dalam menempatkan sesuatu, tepat dalam memerintahkan sesuatu. saya percaya dan benar-benar percaya bahwa perintah membaca ini menjadi tolok ukur segala ilmu pengetahuan dan kehidupan. “Ashlul ma’rifah al qira-ah” pangkal pengetahuan adalah membaca.

Ya, apapun ilmunya, sehebat apapun ilmunya, pastinya seseorang menjadi berilmu kemudian terangkat derajat kemanusiaannya karena satu faktor besar, yaitu karena Membaca.

Sungguh hal itu dapat membuktikan bahwa Tuhan memiliki sifat Ilmu, jika saja Tuhan memerintahkan pada wahyu pertamanya yaitu “menulislah”, bagi saya teramat lemah-lah, karena bagaimana mungkin seseorang dapat menulis jika awalnya sama sekali tidak pernah belajar membaca? Ini merupakan suatu hal yang mustahil. Tapi sungguh pada konteks yang sederhana namun istimewa ini (membacalah) saja, Tuhan telah menampakan sesuatu yang agung, yaitu tidak ada yang lemah bagi-Nya, dan tentunya Tuhan mempunyai maksud tertentu. Serta Rahasia yang luar biasa dalam setiap firman-firman yang disampaikan-Nya. Wallahu a'lam bishshowab.

"Hari ini anda adalah orang yang sama dengan anda dilima tahun mendatang. Kecuali dua hal: pertama, orang-orang disekeliling anda. Dan kedua, buku-buku yang anda baca."
(Charles "tremendeous" jones)

Saya bersyukur, dalam kesempatan ini. Allah masih dan terus memberikan nikmat-Nya kepada saya. Sehingga sampai detik ini saya masih bisa bernafas dan menatap indah kebesaran-Nya lalu menerjemahkan semuanya kedalam tulisan. Semoga Allah meridhai niat baik saya ini. Dan  sungguh, keinginan saya untuk menulis buku sebenarnya sudah sangat lama sekali, tetapi baru kali ini saya dapat merealisasikannya. Maklum, saya baru mendapatkan rezeki untuk membeli notebook. Kalau ada yang bertanya, "kenapa gak sekalian laptop aja? Karena uangnya cuma cukup untuk sebuah notebook. Hehehe… (ini pun sudah sangat bersyukur). ngomong-ngomong tentang notebook, sebetulnya bukan permasalahan besar, ada dan tidak ada notebook kita masih dapat menulis bukan? dibuku atau dimanapun itu, seperti yang dilakukan pada ulama-ulama terdahulu.

Tetapi tidak tahu kenapa, kalau saya rasanya lebih sreg menulis di papan ajaib semacam ini. Lebih leluasa, tapi kadang-kadang membuat geram. Bayangkan saja, jika sedang asyik-asyiknya menulis, tiba-tiba listrik mati atau baterai low dan tulisan belum ke save. Hmm… rasanya ingin berteriak sekeras-kerasnya. sedikit saya ingin bercerita, bolehkan? dahulu ketika saya belum memiliki notebook, saya selalu meminjam laptop teman atau pergi ke rental komputer untuk menulis, benar-benar sedih. Tapi saya bersyukur, saya yang tidak punya computer atau laptop saat itu justeru saya semangat untuk menulis. Lalu bagaimana dengan kalian?

Satu kisah, pernah suatu saat saya ditanya oleh seseorang, kenapa kamu menulis?. Kenapa?, saya jawab, saya ingin menulis, karena saya ingin mewariskan sesuatu yang berharga dan bermanfaat untuk dunia ini, paling tidak bermanfaat untuk diri saya pribadi, atau bermanfaat untuk anak-anak dan keturunan saya nantinya. Ya, saya ingin mewariskan sebuah tulisan yang berharga, karena saya seorang manusia biasa yang tidak dapat mewariskan dengan harta atau kekuasaan. Namun saya berasumsi dan berkeyakinan bahwa tulisan adalah sebuah peninggalan yang akan selalu terjaga Insya Allah, yang lebih berharga dari harta ataupun kekuasaan. Seperti halnya orang-orang besar yang namanya harum dan umurnya panjang karena tulisannya walaupun mereka sudah tiada. Jangan jauh-jauh, kita tengok Buya Hamka yang namanya terus harum karena tulisannya. Baik tulisannya yang berupa sastra ataupun tulisannya yang agung seperti Tafsir Al-azhar. Atau seperti Syaikhul islam Ibnu Hajar al-asqalani yang menulis kitab fathul baari daripada syarah al-bukhori, yang sebenarnya tujuan beliau menulis untuk warisan atau kenangan-kenangan anak-anaknya jika beliau telah tiada. Tetapi akhirnya tulisan atau kitab itu bukan saja menjadi warisan untuk anak-anaknya melainkan warisan untuk peradaban dunia dan seluruh umat islam yang mengambil acuan kepadanya. Semoga Allah merahmati beliau. Dan ini baru segelumit contoh dari beribu-ribu kisah yang ada.

"Muliakanlah anak-anakmu dengan belajar menulis, karena tulisan adalah perkara paling penting dan hiburan paling agung". (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Saya teringat ketika membaca buku “Menggenggam Dunia”nya  Gola Gong. Beliau bertutur; "Di Jepang, siapapun dia public figure ataupun hanya rakyat biasa selalu punya keinginan untuk menuliskan kisah hidupnya. Tingginya budaya menulis mereka karena learning society (masyarakat senang belajar) dan well informed (terbuka dengan segala informasi) yang sudah terbangun sama tingginya dengan budaya baca (literate society) dan tulis. Apapun yang kelihatan remeh temeh selalu mampu menggerakkan mereka untuk menuliskannya. Apakah itu Cuma bagaimana cara membersihkan rumah atau cara hidup sehat. Artinya, menulis bukan hanya hak penulis professional. Penulis amatiran juga boleh. Menulis adalah bagian dari hak setiap individu dalam menyampaikan gagasan atau pikirannya." Dan memang itu terbukti, saya sendiri melihatnya langsung. bukan berarti saya sudah pernah ke Jepang lho… hehehe. saya melihatnya langsung di sebuah stasiun TV arab saudi. Betapa saya terkagum-kagum dengan pola kehidupan masyarakat negeri matahari terbit itu. Ya walaupun bukan Negara yang penduduknya beragama Islam, tapi kita patut contoh yang baik-baiknya bukan? Itulah yang selalu membuat saya sedih dan terdecak kagum. Sedih karena, kenapa kita yang beragama islam, tidak lebih baik dari mereka? Kenapa islam selalu saja terlihat kotor dan terbelakang? Padahal islam itu sendiri sudah terlalu sempurna mengajarkan manusia, mulai dari  tatacara yang paling dasar seperti kebersihan sampai sesuatu yang paling berat seperti berjihad. Ditambah dengan kehadiran Baginda Nabi Muhammad yang diutus untuk menyempurnakan ajaran-ajaran yang telah Allah tunjukkan. Seharusnya dengan begitu, keadaan dan tatanan hidup kita lebih sehat dan lebih maju dari "mereka". Salah siapa ya kalau begini? Yang kedua saya terdecak kagum. karena, kenapa justeru mereka yang dapat mengaplikasikan atau mengamalkan sesuatu yang telah diajarkan oleh Islam. Seperti kebersihannya, kehidupan bermasyarakatnya, dan akhlakul karimahnya. Apakah pantas jika kita menyebut; dijepang muslimnya sedikit tapi "islam"nya  ada, di Indonesia Muslimnya banyak tapi "islam"nya tidak ada.

Semua jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Saya mengajak diri saya dan mengajak semua agar kita lebih giat lagi untuk menelaah dan menghayati makna Islam dan kandungan didalamnya. Supaya Islam kita semakin Maju dan Indah. Bukankah Allah mencintai keindahan?

Akhirnya, manusia yang lemah ini berharap semoga buku atau tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk anak-anak ku kelak, baik anak kandungku atau semua anak-anak asuhku. Insya Allah. Dan begitu juga dengan para pembaca lainnya, semoga dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian-kejadian yang telah terjadi pada kehidupan saya. Karena walau bagaimanapun, disudut bumi ini, disegala kejadian, selalu tersimpan rahasia berupa hikmah yang maha dahsyat. Kalau saja kita berfikir.

Akhir kata, semuanya karena karunia dan nikmat yang Allah anugerahkan sehingga saya dapat menuliskan sedikit kisah yang mengganjal yang saya tangkap dari setiap sudut perjalanan hidup saya. Jika ada salah atau kekurangan bahkan sesuatu yang berlebih-lebihan dalam tulisan ini, mohon maaf dengan selapang-lapangnya. Karena saya manusia yang selalu khilaf dan selalu berlaku kesalahan.

"Kalau bukan karena pena, dunia tidak akan berdiri, kerajaan tidak akan tegak." (Iskandar Dzulkarnain dari Macedonia)

Tafahna Al Asyraf Dakahlie Egypt. Ahad, 24 April 2011 M.

-Betelgeuse-
Muhammad Syahrul Fakhri

Often Read:

Breaking News

Kata Mereka:

"akulah pemilik masa depanku, tak perduli apa kata orang lain, yg terpenting adalah; Aku adalah Aku, bukan dirimu. Akulah yang menentukan kapan kesuksesan dapat kuraih, karna aku percaya janji Tuhan yang tak mungkin untuk di ingkari."

Percayalah dan yakinlah semuanya dapat kau raih dengan kesungguhan hati dan kebulatan tekad sekeras baja. Kekuranganku adalah sumber kekuatan terbesar dalam hidupku.

(Sahabat saya, Nurul Atiq)