Saya dengan Ayah dan Ibu. masih imut ya :) |
Saya dilahirkan di Cikupa Tangerang, pada 31 Maret 1990. dari pasangan Ibunda Hj. Eeh Suchoiriyah dan Ayahnda H. Suryata Kantawirya. sejak kecil saya sudah diajarkan tentang keimanan dan kehidupan. guru pertama saya dalam masalah agama, adalah Ibunda saya sendiri. dan guru yang mengajarkan tentang kehidupan sosial adalah Ayahnda saya sendiri. bagi saya keduanya telah memberikan perhatian yang besar kepada saya dan anak-anaknya yang lain. Ibunda dan Ayahnda saya telah mengenalkan saya tentang makna Dunia dan Akhirat sedari kecil. sehingga membuat saya untuk selalu melangkah menuju kesuksesan dunia akhirat sampai saat ini. saya dibesarkan dengan kasih sayang mereka. sampai ketika saya usia 5 tahun saya mulai disekolahkan di Taman Kanak-Kanak Islam Nur Attaqwa yang saat itu ketua yayasannya adalah ayah saya sendiri. setelah selesai di TK Islam Nur Attaqwa, saya dimasukkan di Sekolah Dasar Negeri Cikupa 2. sekolah ini adalah sekolah turun temurun dari kakak saya yang paling tua sampai saya yang paling kecil. ketika enam tahun menjalani pendidikan sebagai anak SD, saya bukan tergolong orang yang paling pintar. ranking yang paling baik yang pernah saya terima adalah ranking 4. dan itupun sekali-kalinya. sisanya, ranking 5 keatas. ketika saya lulus dari Sekolah Dasar itu saya sangat berkeinginan melanjutkan Sekolan Menengah ke luar negeri. namun sayang orangtua tidak mengizinkan karena alasan yang jauh. saya pun akhirnya memutuskan memilih Pondok Pesantren Gontor sebagai tujuan saya. namun sekali lagi, orangtua tetap tidak mengizinkan karena alasan yang jauh pula. akhirnya saya menyerahkan keputusan kepada Ibu saya saat itu, karena Ayah telah meninggal satu tahun sebelumnya.
akhirnya, ibu memilihkan Pondok Pesantren Attaqwa Bekasi sebagai pilihan saya, saya tidak banyak berkomentar. saya saat itu berharap semoga ini pilihan yang baik untuk saya. saya percaya ibu. akhirnya ditahun 2002 saya masuk di Pesantren yang tak lain Pesantren yang pernah menjadi tempat Ibu belajar juga. Ibu bilang, Kiyai pendiri Pondok Pesantren ini sudah seperti Abahnya sendiri. Ibu pernah tinggal bersamanya dan membantu usaha Bapak Kiayi dengan berjualan dan mengajar anak-anak Madrasah ibtidaiyah.
ketika tahun pertama saya dibiayai penuh oleh Ibu, baik biaya sekolah dan makan. tetapi setelah ditahun kedua saya dimasukan kepanti asuhan Pondok Pesantren Attaqwa, atau yang lebih masyhur disebut dengan Darul Aytam. disini saya tinggal bersama teman-teman yang merupakan anak yatim. saat itu memang saya merasa gengsi, namun tidak ada artinya jika terus-terusan gengsi. sampai ketika luluspun saya masih dibiayai oleh Darul Aytam Attaqwa. saya sangat bersyukur. Allah selalu memudahkan rizki keluarga saya. selama saya menjadi santri, saya bukanlah santri yang berprestasi. mungkin lebih cenderung santri yang telmi alias lambat pencernaannya. dan prestasi bukanlah tujuan hidup saya. yang lebih penting bagi saya, saya bisa menjadi pelajar yang baik. yang menjunjung akhlakul karimah. yang berbakti kepada guru dan orangtua. dan yang terpenting mempunyai cita-cita dan tujuan hidup.
saya tepat paling kir, bersama santri seangkatan Darul Aytam lainnya. |
setelah enam tahun saya mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren ini, akhirnya saya melanjutkan studi ke Al-Azhar Mesir. sebenarnya ini bukan impian dan cita-cita saya. ini hanyalah sebuah kesempatan yang ada dihadapan saya. dan saya coba untuk meraihnya. dan hasilnya kesempatan itu saya raih. ditambah kesempatan ini adalah kesempatan yang tidak pernah saya bayangkan. karena awalnya saya memutuskan mengundurkan diri untuk melanjutkan studi ke Al-Azhar. karena tidak ada biaya. namun Allah menggerakkan hati seseorang sehingga beliau membantu saya. dan saya pun akhirnya benar-benar dapat meraih kesempatan itu. merasa bersalah juga memang. pertama, saya rasa ini bukan bidang saya. kedua saya telah mengecewakan orang-orang yang selalu berada disisi saya, terutama orang yang membiayai saya sampai dapat kuliyah ke Universitas yang besar ini. dengan prestasi saya yang jeblok dan tidak karuan. namun saya yakin, saya tidak sukses dibindang ini, tetapi masih ada bidang lain yang bisa saya raih kesuksesannya. sekali lagi, prestasi dibangku sekolah bukan tujuan saya! tujuan saya adalah menunaikan cita-cita besar saya. rada gila memang. namun inilah saya. dan cita-cita itu bukanlah dari bangku sekolah. anda pasti tak faham pola pikir saya. ya, memang begitu. yang faham cuma saya saja.
sudahlah, kita lihat saja, akan menjadi apa, akan seperti apa, dan akan bagaimana seorang Muhammad Syahrul Fakhri nantinya. Ingat, ini jalan hidup saya. orang lain tidak boleh mengganggu jalan hidup saya yang sudah saya susun sejak kecil. sekali lagi, kalian tidak akan pernah faham tentang tujuan hidup saya.
oke? terima kasih...