"Acara saat ini begitu meriah, sangat berbeda dengan sebelumnya. Dan kemeriahan ini membuat saya menjadi berbahagia, karena dihari ini mimpi yang ketujuh saya sedang dalam pelukan Tuhan, dan saya merasakan pelukan hangat-Nya. Dahulu mimpi ini adalah mimpi dari sekian mimpi yang menurut saya mustahil untuk diterjemahkan dalam dunia nyata. Tetapi nyatanya Tuhan berkata lain, Dia membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi kuasa-Nya. Mudah bagi Tuhan untuk berkata Kun.” Ucap saya pada akhir acara didepan puluhan pejabat penting dalam parayaan Hubungan Diplomatik Republik Indonesia - Mesir di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo.
Saya benar-benar merasakan kebahagiaan yang tak terkirakan. Betapa tidak, saya diundang oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir. Bukan, bukan sebagai perwakilan Mahasiswa yang berprestasi melainkan diundang untuk menampilkan karya-karya lukisan saya, kebetulan acara ini menampilkan kesenian Indonesia. saya yang mendedikasikan diri sebagai Jiwa yang Agamis dan Nasionalis, ingin memberikan penyegaran baru kepada dunia tentang budaya Indonesia. Melalui lukisan-lukisan kaligrafi batik saya yang dipamerkan di gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo. Pameran ini diberi tajuk 'Galeri Seni dan Budaya'. Kebahagiaan itu bertambah ketika para Undangan datang dari Negara tetangga diantaranya Duta Besar RI untuk Maroko, Duta Besar RI untuk Turki, Duta Besar Mesir untuk Indonesia dan utusan-utusan Mahasiswa berprestasi dari setiap Universitas di kedua Negara.
“wah.. saya tak pernah menyangka bang, kalau bang Fahry akan berbicara didepan pejabat penting, apalagi dengan karya yang Abang pamerkan. Saya salut bang sama antum ternyata antum bisa menjadikan sebuah bakat menjadi jalan kebaikan Bangsa dan Agama.” tutur adik kelas saya Nabiel, disela-sela jamuan malam.
“ini semua berkat kebaikan ente biel, ente banyak membantu saya.”
“ah, bantu apa… saya ga bisa apa-apa juga.” Ucapnya sambil mengerutkan kening.
“oh iya, sepertinya, abang akan mudah menjalin Hubungan dengan para pejabat di Duta Besar ini bang, apalagi bulan depan karya-karya Abang akan dipamerkan di Pameran Seni Internasional. mewakili Indonesia di Mesir. Kalau suatu saat abang jadi Pejabat KBRI ajak-ajak saya ya bang agar bisa bekerja di KBRI, kan lumayan tuh bang gajinya bisa nutupin kebutuhan hidup saya sebagai Mahasiswa yang tanpa beasiswa” Jelasnya lanjut penuh canda keseriusan.
“ah ente maunya yang instan-instan aja, belajar aja dulu yang rajin. Nanti kalau udah saatnya jangankan KBRI, Mentri bakal manggil ente.” Jawab saya kepada Nabiel.
“yah… tapi tidak ada salahnya toh.” Sahut Nabiel lemas.
“yaa do’anya saja ya biel, bair nanti kalau saya berhasil saya dapat membantu ente.” Jawab saya penuh semangat padanya.
Belum sampai lima santap nasi yang sedang saya makan, seorang gadis berbaju batik coklat ke emasan berjalan menghampiri saya. Anggun sekali, kerudung krem segitiga membaluti kepalanya. Serontak saya salah tingkah padanya. Mata saya yang terhalang kacamata terus menatapnya tanpa ampun.
“maaf, Mas Fahry ya…?” sahutnya pada saya.
“ya, benar. Ada apa ya?” jawab saya singkat.
“maaf Mas, anda dipanggil oleh pak Dubes di ruang makan segera.” Kembali ia menuturkan.
“baik, tapi sebentar saya habiskan makanan saya dahulu ya…” jawab saya gugup.
“tidak usah Mas, mungkin pak Dubes ingin mengajak Mas makan malam bersamanya.” Lanjutnya penuh senyum.
“oh, baiklah.” Jawab saya singkat.
“oh ya biel tolong ente habiskan makanan saya ya. Nanti kita bertemu jam sebelas dihalaman parkir ya, ingat tunggu saya. Jangan kemana-mana.” Ucap saya terburu-buru.
Nabiel hanya terdiam sambil menatap sebuah piring yang diberikan oleh Fahrykepadanya. Ayam goreng yang ditatap olehnya tak lepas dari sergapan tangan kanan Nabiel. Sambil tarik nafas, didalam hatinya nabiel menggerutu.
“loe kira perut gue perut karung. Gghhrrrr…”
***
Belum sampai diruang makan, dari kejauhan para pejabat tinggi itu sedang asyik bercengkrama, meja makan panjang dengan enam belas kursi itu sudah dipenuhi oleh para undangan, baik Undangan dari Tanah Air ataupun dari tanah kinanah ini. Diselipan Mata, saya menangkap satu kursi yang masih kosong. Tepat disamping bapak Duta Besar RI untuk Maroko. Namun saya tahu pasti sudah ada seseorang yang akan mengisinya.
Selayang pandang Bapak Dubes melihat diriku dari kejauhan.
“Hai, Mas Fahry mari sini, kita makan malam bersama.” Ucapnya tertuju pada saya.
Saya hanya tersenyum, tanpa pikir panjang saya hampiri Bapak dan Ibu Dubes dari tiga Negara yang ditemani jajarannya itu.
Pak Dubes RI untuk Mesir itu mempersilahkan saya duduk tepat disamping Bapak Dubes RI - Maroko, ternyata kursi ini sengaja dikosongkan hanya untuk saya. Saya merasa seperti tamu yang di istimewakan. Sambil gugup-gugup malu karena belum terbiasa makan bersama orang-orang besar saya mencoba menebarkan senyuman kepada mereka semua, dengan dalih agar saya dapat diterima dihatinya dengan baik.
“kenalkan Bapak, Ibu, ini pelukis yang meramaikan acara malam ini. Namanya Habibie Muezza el Fahry.” Ucap Pak Dubes RI Mesir itu.
Semua mata tertuju pada saya, “aduh… kenapa jadi salah tingkah gini.” Gerutu dalam hati.
“mari-mari kita mulai acara makan malam ini, sepertinya semua sudah kumpul” tutur Ibu Dubes RI – Mesir mempersilahkan.
Acara makan malam ini begitu tenang, obrolan kecil kadang menyapa disela-sela jamuan malam, tak sedikit juga yang melepaskan rindu hangat dengan gelagak-gelagak tawa. Mungkin ini momen yang jarang dijumpai, bertemu Duta Besar dari Negara tetangga.
“Kuliyah di Al-Azhar Mas? Tahun berapa?” sapa Bapak Dubes RI – Maroko disamping kanan saya.
“bukan pak, saya Kuliyah di Cairo University, sekarang Tahun ketiga. Dahulu memang saya Kuliyah di Al-Azhar, tapi belum dua tahun saya Pindah ke Cairo University.” Jawab saya santai di iringi perhatian para Undangan.
“oh… Jurusan apa toh?” Tanya-nya kembali.
“Jurusan Hubungan Internasional pak, Alhamdulillah.”
“wah berarti kamu yang akan menggantikan Pak Dubes Mesir nanti donk.” Sahut Ibu Dubes RI – Maroko itu. Senyum sipu dari Dubes RI – Mesir terlempar kepadaku.
“Insya Allah bu, tapi saya mesti banyak belajar lagi.” Jawab saya tenang.
“nanti mau lanjut kemana setelah dari sini.” Kembali pertanyaan itu terlontar kepadaku dari lisan bu Dubes maroko.
“kalau rencana saya ingin ke Jerman bu. Kebetulan Universitas di Jerman Gratis.” Ucap saya semangat.
“Oh begitu, kalau rajin ambil SKS 24 biar cepat selesai kuliyahnya, terus sekarang sudah ancang-ancang menyusun, nanti tinggal merapikan. Anak saya tidak sampai tiga tahun lulus Hukum di UI.” Jelasnya.
“tapikan, UI dengan disini berbeda bu sistemnya.” Ucap saya menjelaskan.
“Yah itu sekedar contoh. Kalau fokus, tidak buang-buang waktu untuk yang tidak berguna.” Tuturnya kepada saya.
Seluruh Dubes dan tamu undangan lainnya begitu khidmat mendengar percakapan kami berdua, sesekali suara plantang plinting piring bertabuhan.
“anak-anak Ibu berhasil semua ya?” tutur saya memancing sebuah jawaban.
“Insya Allah, karena tidak ada yang dimanjakan dengan uang.” Jawabnya singkat penuh rahasia.
“maksudnya???” dengan penasaran.
“semua anak-anakku, aku didik dengan uang yang pas-pasan. Dan ternyata mereka bisa memanage uang yang pas-pasan itu.” Jelasnya sambil memotong daging pada tusukan garpu dan genggaman pisau ditangannya.
“kamu tahu, begitu lulus dua hari sudah di panggil Mahkamah Konstitusi untuk masuk kerja, Alhamdulillah di MK tiga bulan. lalu meneruskan S2-nya di India dua tahun, dan sekarang sudah selasai dan kembali ke Mahkamh Konstitusi. Hampir seluruh Negara-negara didunia sudah didatangi karena selalu dibawa-bawa oleh Bapak Ketua Mahkamah Konstitusi. Ini bukan untuk riya, tapi agar kamu bisa sepeti itu. Oke.” Lengkapnya sambil memandang saya di kalimat terakhirnya.
“betul itu,. Disamping kamu Kuliyah yang menjadi Kewajibanmu, dan berseni Lukisan, kamu juga harus mentargetkan kapan lulus dan kapan menikah.” Ucapnya, dibumbui dengan tawa kecil bu Dubes Turki.
“disamping itu, kamu juga harus banyak menulis karangan, masukkan ke berbagai media. Tanpa menulis ilmu-mu tidak banyak dinikmati dan dikenal oranglain, pendapatmu tidak dibuat rujukan orang. Anak saya yang pertama bulan ini akan Ujian Doktoral di IPB.” Sambung Bapak Dubes RI untuk Maroko itu.
Tak terasa, obrolan itu menghantarkan kami pada pertengahan makan malam. Terlihat beberapa pejabat tinggi sedang membersihkan sekitar mulutnya dengan tissue yang sudah disiapkan. Saya meminum air putih yang telah disediakan dihadapan saya padahal saya ingin sekali meminum jus mangga yang terlihat segar itu. Ahh malu, saya belum terbiasa.
“oh ya, bagaimana Acara KRI kemarin pak Dubes?” kali ini Tanya pak Dubes Mesir kepada Pak Dubes Maroko.
“oh ya, acara kemarin begitu lancar, begitu khidmat kita mengikutinya.”
“KRI…? Apa itu pak?” tanyaku penasaran kali ini dengan penuh keberanian.
“kemarin di Malaga Spanyol, karena daerah kita dekat dengan Spanyol kita diundang. Itu Kapal Republik Indonesia. Namanya Dewa Ruci. Atau Kapal Latih Angkatan Laut Republik Indonesia. Dalam rangka keliling dunia dengan membawa kader taruna Angkatan Laut untuk dilatih mentalnya mengarungi samudera. Mereka mampir ke Negara yang ada pelabuhannya dan disambut Duta Besar Negara-Negara terdekat.” Jelasnya kepada saya yang belum mengatahui wawasan kenegaraan itu.
“kalau kamu melihatnya pasti kamu akan tercengan ry, mereka hebat, gagah-gagah, pintar, luwes dan santun.” Sambung bu Dubes itu.
“Bicara tentang gagah, saya ada satu pertanyaan. Kepada para Bapak dan ibu sekalian.” sahutku berani.
“kenapa yah, kok yang kelihatannya gagah itu cuma TNI, ABRI dan Militer lainnya. Kenapa yah kok Pemimpin, Pejabat dan Guru-guru kita di Indonesia lemas-lemas?” canda saya di tangkap dengan tipis tawa-tawa pejabat-pejabat tinggi itu.
“ya… sesungguhnya kita juga bisa membuat diri kita gagah, kalau dilatih sejak muda seperti anda, hidup disiplin seperti mereka, olahraga setiap pagi, setiap hari punya program yang jelas, tidak membuang-buang waktu, awalnya mereka juga dipaksa oleh pelatihnya, bangun tidur langsung membereskan tempat tidur, lalu sholat, olahraga, baru sarapan, kalau tentang gaji mereka juga memprihatinkan sekali, kecuali jendral-jendralnya.” Jawab Bapak Duta Besar RI - Turki itu dengan Bijak.
“benar, saya pernah suatu hari ke Mesir. Saat itu Mahasiswa minta agar Bapak Dubes ceramah di asrama mahasiswa, kita datang dengan pak Dubes Mesir sesuai jadwal, eeeh… tahunya mereka belum bangun. Amboi… betapa ruginya kalau setiap hari seperti itu Fahry…, apa kamu seperti itu juga?” Sambung ucapan itu oleh Ibu Dubes RI – Maroko.
senjata makan tuan, ujung-ujungnya saya yang tertampar dari pertanyaan saya sendiri. Sebagai mahasiswa yang Kuliyah di Mesir kata-kata itu sangat mengena sekali buat saya. Saya hanya tersenyum sipu.
“tapi, tidak semuanya seperti itu kan bu… contohnya saya.” Jawab saya percaya diri.
“oleh karena-nya, jangan seperti itu ya Fahry. Biar teman-temanmu begitu, kamu harus lain. Buatlah klub beberapa orang dengan gaya hidup yang disiplin, pemikir, senang bergerak, senang berdiskusi, senang menulis dan sebagainya begitu ya Fahry. Kamu harus menjadi contoh. Ingat seorang pernah berkata, Contoh yang baik adalah nasihat yang baik.” Jelas pak Dubes RI – Mesir itu menyemangatiku.
“wah… ternyata disini saya mendapatkan Pelajaran dan wawasan yang luar biasa dari Bapak dan ibu sekalian. Saya tak pernah membayangkan, kalau saat ini saya seperti terhipnotis kata-kata emas Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak. Mendengar Bapak dan Ibu berbicara dan menyemangati saya seperti ingin bangkit saja ruh-ruh saya. Begitu indah… seindah saya menggoreskan koas dan cat minyak pada kanvas putih. Saya seperti tamu yang di istimewakan dihadapan Bapak dan Ibu.” Ucapku simpati.
“ini semua tak lain sebagai wujud terima kasih kami kepada anda atas bentuannya memeriahkan acara Diplomatik pada malam ini. Dan sebagai rasa kepedulian kami kepada anda selaku penuntut ilmu, kami selalu berusaha menyemangati anda dan teman-teman anda agar tak lupa pada tujuan utama anda menuntut ilmu disini atau dimanapun tempatnya. Karena walau bagaimanapun anda dan semua para penuntut ilmu adalah Duta Bangsa, yang terpilih yang berada pada tanggung jawab kami. Semoga para penuntut ilmu mengerti akan siapa dan bagaimana keberadaan kami disini sebagai Duta Besar.”
Jelas pak Dubes RI – Mesir sambil mengakhiri acar makan malam.
Saya hanyut dalam Suasana yang membara jiwa itu, sampai saya lupa pada adik kelas saya si Nabiel, saya lirik jam di handphone sudah pukul 11. saya harus segera menemuinya, pasti dia sudah bosan menunggu lama.
***
“lama banget bang?” sahut Nabiel bosan dipelataran.
“maaf, tadi saya di ajak ngobrol dulu biel sama Bapak dan Ibu Dubes. Biasalah bisnis… hehehe” jawab saya bercanda.
“yuk kita langsung pulang, kita naik taksi aja ya dari sini.” Tutur saya membuatnya tenang.
“serius bang, kan mahal naik taksi dari sini.” Ceplos Nabiel kepada saya.
“ah… sudah jangan ente pikirin itu mah, biar saya yang bayar.”
“wah, kayaknya ada yang abis dapet amplop nih… kayaknya besok kita ke math’am nih makan-makan.” Rayu Nabiel.
“ah ente ini bisa aja ngerayunya. Gampanglah… yang penting besok ente Bantu-bantu saya beresin lukisan oke. Yuk ah kita pulang”
“huhft… cape deyh… enak banget sih jadi antum Bang.” Sahut Nabiel dibelakang saya.
“kalau ente ingin seperti saya, ya ente harus belajar dari saya, Oke. hahaha.” Canda kepadanya.
***
Cerita Pendek ini dipersembahkan kepada siapa saja yang bermimpi menjadi seorang penulis. Sebelum saya menulis tulisan sebanyak ini, saya memulai menulis dengan tulisan-tulisan yang sederhana. Mulai dari ucapan orang-orang yang memberikan motivasi, curhat-curhatan di diary, puisi, CerPen sampai Novel. Dan cerita pendek diatas merupakan imajinasi saya dalam menggubah obrolan saya dengan oranglain menjadi sebuah Cerita Pendek. Seperti halnya bakat saya adalah melukis, dengan menumpahkan segala imajinasi dan kreativitas diatas kanvas. maka menulis juga adalah berimajinasi dan kreativitas dengan menumpahkan kata-kata diatas kertas. Bagi saya menulis itu penting. Kenapa penting? Zaman sekarang kalau untuk menulis saja malas, bagaimana kita bisa hidup. Saya contohkan; Seorang penuntut ilmu, sangat berambisi meraih gelar S1, S2 dan S3-nya. tetapi satu hal, dia tidak pernah ada keinginan untuk menulis atau paling tidak untuk mencobanya. Secara rasionya, bagaimana dia dapat meraih gelar S1, S2 dan S3-nya? sedangkan untuk meraih gelar seperti demikian itu, kita dituntut untuk bisa membuat sebuah karya tulisan atau penelitian yang tebalnya beratus-ratus halaman. Baik Sarjana dengan Skripsinya, Master dengan Disertasinya. Dan seterusnya. dilain itu kita sebagai penulis pemula jangan berharap lebih dahulu dari tulisan kita. Jangan mengharapkan ingin terkenal seperti Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy dan lain sebagainya. Yang kita prioritaskan dahulu adalah, Sekarang bagaimana caranya agar kita bisa mencoba dan melaksanakannya. Kalau itu sudah ditunaikan dan hasilnya baik. Bahkan tulisan kita sangat disukai banyak orang. Jangankan Andrea Hirata dan Habiburrahman El Shirazy. Penulis sastera dunia, sejarawan dunia atau motivator dunia pun akan kalah hebatnya dengan tulisan kita. Siapapun dan Ingin menjadi apapun harus bisa menulis!!! Saya adalah penulis pemula dan bukan orang yang terlahir dari dunia kepenulisan atau "jurusan sastera" tapi saya yakin, saya bisa menuliskan sesuatu, walaupun itu tentang kepribadian saya, perjalanan hidup saya ataupun lingkungan sekitar saya. Karena saya juga yakin disetiap perjalanan hidup dan lingkungan sekitar pasti ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa dijadikan sebagai pelajaran. Dan kalau itu saya tuliskan pastinya bukan saja menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi saya pribadi tetapi juga bagi orang-orang banyak. Guru saya yang selalu memotivasi muridnya, pernah berkata kepada saya empat mata di Januari 2008. "tulislah semua kisah yang terjadi pada hidup kamu, karena itu akan bermanfaat untuk orang-orang." Saya rasa ini benar adanya, siapapun orangnya mau tukang sampah ataupun direktur perusahaan sekalipun. Jika menuliskan kisah hidupnya pasti akan bermanfaat untuk orang banyak. Karena, orang yang bercita-cita menjadi sebuah pimpinan direktur sebuah perusahaan akan mencontoh langkah-langkah kepada orang yang pernah menjadi pimpinan direktur perusahaan. Orang yang peduli lingkungan atau pencinta alam akan termotivasi kepada para tukang sampah yang menuliskan kisah hidupnya.
Kenapa Andrea Hirata justeru sukses dari tulisannya, buka sukses dari jurusan yang diambil ketika kuliyahnya? Karena Andrea menuliskan kisah hidupnya, kisah hidup ketika kecilnya, remajanya, dewasanya, sampai kisah hidup lingkungan sekitarnya.
Kenapa Habiburrahman El Shirazy justeru terkenal karena Ayat-Ayat Cintan-ya? Bukan terkenal karena jurusan hadits yang dipilihnya? Karena habiburrahman menuliskan sesuatu yang dia ambil dari lingkungan ketika dia menjalani hidup di Mesir.
Kenapa Bapak BJ. Habibie bisa menuliskan buku yang tebalnya sampai beratus-ratus? Karena Bapak BJ. Habibie cukup menulis dengan semua kisah dan pengalaman hidupnya yang telah beliau catat dibuku catatannya. Tetapi demikian, Membaca adalah faktor yang lebih penting untuk bisa menulis seperti mereka. Membaca apapun, buku ataupun membaca keadaan alam ini. membaca buku apa? Buku apapun, buku sejarah, budaya, seni, geografi, biologi, agama, sains, puisi, motivasi dan lain sebagainya. Karena hanya dengan membaca pengetahuan dan wawasan kita semakin luas. Orang yang tidak suka ataupun malas membaca, akan kesulitan ketika menulisnya.
Obrolan penuh motivasi pada CerPen diatas adalah gubahan daripada obrolan saya dengan Ibu Duta Besar Republik Indonesia untuk Maroko, Ibu Mahsusoh Ujiati, pada suatu kesempatan. Sengaja saya gubah menjadi CerPen, agar bisa dinikmati oleh khalayak ramai. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar