"Mesir mengajarkan saya, untuk terus bersabar menghadapi segala kesulitan."
(Muhammad Syahrul Fakhri)
Belum lama telah terjadi revolusi besar di Negeri Para Nabi ini, tepat ketika saat itu saya hendak pulang ke tanah air. Diberbagai daerah dan kota terjadi kerusuhan antara rakyat yang kontra dengan pihak yang Pro kepemimpinan Husni Mubarak. Pusatnya adalah di Maydan Tahrir Square (Lapangan Tahrir). tidak sedikit yang menjadi syuhada dalam memperjuangkan tanah air dari pemimpin yang katanya "zhalim". Wallahu a'lam, saya tidak bisa menghukum "dia" sebagai pemimpin yang zhalim. Karena yang lebih mengetahui perbuatan dia selama ini hanyalah Allah SWT. Peristiwa itu suatu saat nanti pasti akan menjadi peristiwa yang bersejarah bagi negara yang bersimbolkan burung gagak hitam ini. Terbukti saat ini 25 januari menjadi hari yang disebut-sebut oleh kebanyakan masyarakat mesir. Dijalan-jalan kita akan menemukan banyak spanduk atau poster-poster yang mengenang hari revolusi itu. Peristiwa ini juga yang menyebabkan ribuan mahasiswa indonesia dan asing dievakuasi (dipulangkan ke negara asalnya). Dan peristiwa ini tidak berbeda jauh dengan apa yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998 ketika rakyat menginginkan Reformasi. Dan menuntut bergulirnya kepemimpinan Soeharto yang telah menjabat sebagai Presiden Indonesia selama kurang lebih 32 tahun. Bangsa Indonesia tidak akan pernah melupakan sejarah kelam itu. Begitu juga mesir. Saat ini terhitung setelah turunnya Husni Mubarak hingga sampai Pemilihan Umum Presiden pada bulan september nanti, mesir akan dikuasai sementara oleh Amn Daulah semacam Pemerintah Keamanan Negara. Grand Syaikh Ahmad Thayyib yang saat ini menjabat sebagai Rektor Al-azhar juga terancam akan diturunkan. Karena beliau diangkat oleh kepemerintahan Baba Husni Mubarak ini. Dan saya yang saat ini tinggal di mesir suatu saat juga pasti akan ikut mengenang Mesir, bahkan sampai kapanpun, karena walau bagaimanapun Mesir telah mendewasakan saya dan berjasa kepada saya. Banyak ilmu yang saya dapat. Tidak hanya ilmu dari Al-azhar saja melainkan ilmu yang saya dapat dari setiap sudut kejadian di tanah kinanah ini. kalau guru saya yang juga pernah menuntut ilmu disini, sempat berpendapat, "Indonesia itu ibarat Ibu saya yang telah melahirkan saya, dan Mesir itu ibaratnya adalah Ayah saya yang telah mendidik saya." Terdengarnya agak lebay memang, tapi ada benarnya juga kan?
Ada hal yang membuat saya bangga pada negeri yang kumuh ini, diganasnya zaman ternyata masih banyak masyarakat mesir yang membutuhkan pendidikan. Dalam hal ini yang saya maksud adalah orang-orang yang nasibnya tidak lebih baik dari kita. Ya, jika kita perhatikan di universitas-universitas di mesir terutama universitas Al-azhar. Kita akan mendapati banyak mahasiswa-mahasiswa yang keadaannya tidak seberuntung kita. Ada yang buta, ada yang lumpuh, ada yang buntung. Dan masih banyak lagi. Tetapi semangat mereka justeru lebih besar daripada kita yang keadaannya lebih beruntung dari mereka. Itulah yang membuat saya terpesona. Pernah suatu masa ketika saya menghadiri muhadharah di kuliyah. Saya melihat langsung, teman mesir saya satu kelas dia adalah orang yang bisa dibilang buta karena tidak bisa melihat. dia begitu semangat untuk menuntut ilmu di universitas yang terkenal diseluruh dunia ini. dia selalu duduk didekat duktur tempatnya biasa ceramah. Saya sendiri tidak tahu betul bagaimana metode dia belajar apalagi ketika menghadapi Imtihan (ujian). Yang jelas pada saat itu dia membawa MP3 untuk merekam apa yang duktur sampaikan sambil dibantu oleh temannya. Saya pribadi belum pernah menemukan hal ini di Indonesia. Ada, memang. Tetapi itu biasanya hanya terdapat disekolah-sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa. Disisi lain, saya juga terpukau dengan duktur, atau dosen-dosen pengajarnya. Betapa tidak, mereka semua bersahaja dan sederhana. Bagi yang kuliyah di mesir pasti akan menemukan pemandangan seperti dosen jalan kaki ke kampus, dosen naik angkutan ke kampus, dosen naik mobil butut ke kampus. Ya, pemandangan seperti itu bukan lagi pemandangan yang aneh. Itu sudah menjadi makanan sehari-hari dan tidak lagi ada yang menghiraukannya. Dan selain itu, saya salut. Salut karena ulama-ulama disini tidak hanya mendalami satu bidang keilmuan saja. Kebanyakan mereka mendalami ilmu paling tidak tiga atau empat bahkan lebih bidang ilmu. Seperti Duktur yang dekat dengan rumah tempat saya tinggal masa itu. Namanya Duktur Ghazali. Beliau merupakan Guru Besar di Universitas Ushuluddin Al-azhar Zagazig. Beliau menyelesaikan Doktoralnya tiga kali dan Masternya sebanyak lima kali, kalau saya tidak salah. Seharusnya kalau seperti ini menjadi, DR. DR. DR. Muhammad Ghazali, MA. MA. MA. MA. MA. Kan? Hehe gurau saja. Rata-rata master yang diraihnya adalah jurusan fakultas Ushuluddin. Seperti Aqidah Filsafat, Tafsir, Dakwah dan Hadits. Tetapi beliau juga mengajar di fakultas lughah atau Sastera Arab. Saat ini beliau mengajar Tauhid pada tingkat dasar. Dan banyak lagi, ada Duktur yang buta tetapi hafal Al-Qur'an. Dan juga mengajar di Universitas seperti ini. oleh sebab itu Al-azhar tidak diragukan lagi dalam masalah keilmuannya.
Dan di lain hal juga, masyarakat mesir adalah masyarakat yang saya bilang "aneh". Aneh, karena kita tidak boleh melihat seseorang hanya dari luarnya saja. Banyak yang kerjanya menjaga kedai atau semacam warung tetapi mereka hafal Al-Qur'an. Kita akan mengira dia sedang komat-kamit tidak jelas ketika menjaga warungnya, tetapi sebenarnya dia sedang muraja'ah (mengulang) hafalannya. Begitu juga dengan anak-anak kecil dimesir. Diusianya yang tujuh sampai belasan tahun, dari mereka sudah banyak yang hafal Al-Qur'an. Paling tidak tiga sampai lima belas juz sudah menjadi pegangan mereka. Inilah yang saya belum sempat meneliti lebih dalam, mengapa anak-anak mereka bisa dan anak-anak kita tidak bisa? Bukan karena mereka bahasa kesehariannya seperti bahasa arab yang ada didalam Al-Qur'an, tidak. Bahasa orang mesir adalah bahasa yang agak ngejelimet, ia sulit difahami. Ia bukan bahasa arab fushah yang biasa kita pelajari disekolah-sekolah.
Pada sebagian orang mesir, banyak dari mereka yang peduli dan baik hati. Tidak sedikit dari mereka yang suka memberi bantuan kepada pelajar-pelajar asing disini. Baik berupa sembako ataupun uang. Apalagi kalau bulan ramadhan tiba. Bantuan sudah seperti air hujan. Banyak dan lancar. Tidak sedikit dari pelajar asing terutama Indonesia yang menjadi Pemburu Musa'adah (bantuan). Bagi mahasiswa yang berprestasi, bantuan akan mudah didapatkannya. Berbeda dengan mahasiswa yang tidak berprestasi, seperti saya ini hehehe. Baik dari lembaga yang Internasional seperti Baituzzakat (Kuwait). Al-azhar. Jam'iyyah Syar'iyyah. Dan lain sebagainya. Bahkan didalam memberikan bantuannya mereka lebih mengutamakan pelajar asing dibanding pelajar atau orang miskin dari dalam negaranya sendiri.
Jika kita ke masjid, maka hati kita akan tenang. mengapa? Karena setiap waktu, Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Jama'ahnya selalu ramai. Di mesir, masjidnya banyak jama'ahnya juga banyak. Berbeda dengan di Indonesia, masjidnya banyak bahkan megah-megah tetapi jama'ahnya sedikit. Apalagi kalau waktu shubuh. Bisa dihitung dengan jari, paling yang sholat bapak-bapak yang sudah uzur sama ustadz kampungnya. Hehehe.
Dan kalau kita berpergian, kita akan menemukan satu kebiasaan Masyarakat Mesir bahkan mungkin kebiasaan masyarakat arab pada umumnya. Seperti yang dianjurkan Nabi, "…berilah salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal." (Muttafaqun 'Alaih). ;yaitu apabila bertemu dengan seseorang diperjalanan, maka mereka atau kita akan memberi salam, "Assalamu'alaikum..." Dan akan dijawab dengan, "wa'alaikum salam Warahmatullah." Begitu juga ketika kita hendak naik angkutan umum atau bus. Kita akan mengucapkan salam kepada semua penumpang didalamnya. Dan mereka yang mendengar pasti akan menjawabnya walaupun mereka tidak mengenali kita. Diajaran Islam, memberi salam itu hukumnya sunnah (artinya; jika kita melakukannya itu merupakan suatu kebaikan dan akan mendapatkan pahala. Kalaupun kita tidak melakukannya itu bukanlah suatu kesalahan). Dan menjawabnya adalah suatu kewajiban. Ini sebagian dari akhlak. Mengapa wajib, kita ibaratkan saja, jika kita bertanya sesuatu kepada oranglain tetapi oranglain tidak menghiraukannya, bagaimana perasaan kita? Pasti kecewa karena tidak dijawab olehnya. Dan orang yang tidak menjawab itu sudah melakukan kesalahan kepada orang yang bertanya tadi, baik kesalahan tidak menjawab pertanyaannya dan kesalahan karena telah mengecewakan dengan tanpa disadarinya. Oleh sebab itu menjawab salam hukumnya adalah wajib. Namun kebiasaan buruk ini lama kelamaan semakin punah. Apalagi jika kita sedang berada di Kota. Kebiasaan baik seperti ini sudah jarang ditemukan. Mungkin, karena pola kehidupan masyarakat kota berbeda dengan pola kehidupan perkampungan yang lebih bermasyarakat/saling berdampingan.
Ketika bulan Ramadhan tiba, suasana negeri kinanah ini seakan berubah menjadi damai. Masyarakatnya menjadi lebih bersabar, dan mereka lebih dapat mengkontrol emosinya, jika kita memberikan sedikit saja senyuman, maka mereka akan memberikan senyuman terlebarnya. Bahkan jika kita menanyakan khabar atau mendoakan seseorang maka urusan kita akan dipermudah olehnya. Hehe. Dijalan-jalan, di dalam bus, dan dimanapun kita berada, kita akan banyak mendapatkan orang-orang muslim yang membaca Al-Qur’an. Mereka tidak gengsi membawa Al-Qur’annya kemanapun. Disini Al-Qur’an sudah seperti buku novel best seller. Mungkin ini yang tidak ada di negeri kita Indonesia. Bulan Ramadhan yang disebut-sebut bulannya Al-Qur’an itu sangat tampak dinegeri ini. Jika saja setiap harinya adalah bulan ramadhan, saya tidak bisa membayangkan betapa damainya hidup di negeri yang panas dan penuh debu ini. Semua akan terasa menjadi nyaman dan tenteram.
Mesirku Malang…
Tetapi dibalik itu, saya sangat sedih. Mesir tetaplah mesir. Ia tetap padang pasir yang gersang. Disegelintir keterpesonaannya seperti yang saya jelaskan diatas, ia tidak lepas dari hal-hal yang membuat kita akan tutup hidung, tutup mata dan tutup telinga. Di keagungannya Universitas Al-azhar sebagai Universitas islam tertua didunia, satu hal yang membuat saya agak kecewa. Universitas ini menurut saya memiliki sistem yang buruk, seperti pengelolaannya, baik kebersihan kampus, kedisiplinan mahasiwa, kedisiplinan belajar-mengajar, keteraturan administrasi dan lain sebagainya. Pantas saja Pimpinan Pondok Pesantren terkenal di Jawa Timur sampai berkata, "Mesir itu Ilmunya bagus tapi sistemnya kurang, Malaysia itu sistemnya bagus tapi ilmunya kurang." Pernah suatu masa, ketika itu saya ingin memperpanjang visa tinggal saya. Karena visa saya akan berakhir. Dan untuk memperpanjang visa itu harus ada surat keterangan dari kampus. Akhirnya saya datang ke syu'un (tata usaha) untuk meminta. meminta surat ini tidak mudah, kita harus sabar menunggu berjam-jam, apalagi kalau ramai. Dan bayangkan saja dua bulan lebih saya baru dapat surat keterangan dari kampus. Itu-pun harus dengan meratap nasib (memelas).
Jika kita masuk ke kelas untuk mengikuti muhadharah. Janganlah kaget, jika ruang kelas serupa dengan ruangan yang sudah tidak layak pakai (gudang). Jika beruntung ada kipas angin, jika tidak, bersabarlah, hehe. Disini mahasiswa-mahasiswanya masih seperti Taman Kanak-Kanak. walaupun ada yang bersikap dewasa. Tapi 10:1. Biasanya ia berjalan seenaknya diatas meja, jika berbicara seperti berbicara dengan orang yang sangaaaaaaaat jauh, Berisik! Tak jarang juga sampai terjadi keributan antar mahasiswa. Maklum, orang-orang arab mesir adalah orang-orang yang mudah emosi. mereka cepat naik darah. Bahkan dijalan-jalan raya, terminal, pasar-pasar kita akan sering menemukan orang-orang yang ribut/berkelahi. Bahkan tidak jarang yang sampai menggunakan alat-alat berat, seperti besi, linggis, balok, palu, dan apapun alat berat yang paling dekat dengan dirinya. Kalaupun adanya cuma tabung gas, tabung gas itu juga akan menjadi senjatanya. Hal seperti ini sudah sangat membuat kita bosan. Saya tidak tahu, apakah mereka belajar akhlak atau tidak. Tetapi yang jelas, tentang akhlak sudah Allah dan Rasul ajarkan bukan? baik di Al-Qur'an atau di haditsnya.
Diluar kampus kita akan melihat pemandangan yang lebih buruk dari negeri kita, sampah-sampah sudah tidak lagi teruruskan. Bahkan ada istilah, 'disetiap bumi mesir adalah tempat sampah'. Seharusnya yang benar adalah, 'disetiap bumi adalah tempat bersujud'. Sampah-sampah sudah bercampur dengan debu sahara hingga menggunung dan mengepul kalau tertiup angin.. Entah kenapa bisa seperti itu. Selanjutnya, jika kita berjalan dikeramaian orang, kita akan banyak menemukan pengemis-pengemis dan gelandangan, dari anak-anak kecil sampai nenek-nenek. Wajah-wajah seperti ini memang tidak aneh lagi di negeri kita. Tidak sedikit dari mereka yang terus memaksa kita, kalau kita tidak memberinya maka baju kita akan ditarik-tariknya sepanjang jalan. Ada kisah menarik yang terjadi pada adik kelas saya, saat itu dia baru beberapa bulan tiba dimesir, bahkan mungkin baru menginjak bulan pertama. Ketika itu dia hendak pergi ke suatu tempat, lalu ada seorang kakek-kakek menghampirinya sambil mengangkat tangannya kepada adik kelas saya itu, tujuan kakek-kakek itu sebenarnya adalah meminta uang kepada adik kelas saya. Karena dia anak baru, adik kelas saya malah menarik tangannya dan mencium tangan kakek-kakek itu. Dia kira kakek-kakek itu mau mengajak bersalaman dengannya, padahal sebenarnya ia adalah pengemis jalanan yang mau meminta uang. Hahaha.
Selain peminta-minta, ada juga yang masih berusaha, contohnya nenek tua itu lebih memilih berjualan tissue yang harganya Cuma 50 qirsy, daripada menjadi peminta-minta. Dan biasanya saya lebih tersentuh yang seperti ini, bahkan kalau saya sedang ada rizki tissue itu bisa saya beli dengan harga 5 geneh/5 pound mesir. Karena dalam keadaan apapun dia masih tetap ada usaha mencari rizki dibanding para pengemis yang sehat tapi minta-minta.
Kalau kita keluar rumah pada malam hari, pasti, pasti! kita pernah berjumpa dengan segerombolan orang yang seperti sedang berkampanye pemilihan presiden. Saya katakan, itu bukan sedang berkampanye, tetapi mereka sedang mengarak pasangan pengantin atau ada juga yang tujuannya ngebesan. Biasanya segerombolan itu terdiri dari satu sampai tiga mobil mewah, lima tuk-tuk (bajaj), belasan motor china, dan dua mobil bak (khusus orang kampung). Beberapa hal yang tidak akan lepas dari mereka, 1. Ugal-ugalan. 2. Klakson yang tak henti-hentinya. 3. Musik khas mesir yang tak sedap didengar. 4. Teriakan orang-orang dayak. Huhuhuhuhuhuu…
Disebagian orang yang baik hati dan peduli seperti yang saya ceritakan dipaling atas itu, ternyata orang jahat pun tidak kalah ramainya. Pelajar-pelajar asing khususnya yang tinggal dikota (Kairo) sering mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan ini. tempat-tempat yang biasanya tercatat sebagai daerah rawan adalah, tempat-tempat sepi, lapangan besar, dan didalam bus bahkan angkutan kecil tidak lepas dari tindakan kriminal orang mesir. Tidak tanggung-tanggung ketika menodong orang asing, orang mesir ataupun orang kulit hitam itu selalu membawa senjata tajam, seperti pisau dan lain sebagainya. Tidak sedikit yang hartanya habis dibawa lari. Seperti hanphone, uang, laptop dan lain-lain. Tindakan asusila juga pernah terjadi kepada perempuan-perempuan asing seperti indonesia dan malaysia. Tindakan asusila ini paling sering terjadi dimobil-mobil taksi. Pernah suatu ketika, mahasiswi malaysia ditunjukkan kemaluannya oleh si supir taksi. Bahkan saya pernah melihat langsung dari jarak yang agak jauh, seorang mahasiswi dadanya dipegang oleh kernet angkot ketika hendak turun dari angkot itu. Kalau jarak saya dekat bisa saya tumbuk si kernet kurang ajar itu! (sok pahlawan).
Dan selain kita harus berhati-hati diperjalanan kita juga harus berhati-hati berteman dengan orang-orang mesir, jangan langsung memberikan kepercayaan penuh kepada orang yang baru kita kenal. Karena bisa jadi, (bukan tujuan saya untuk berprasangka buruk. Ini sebagai langkah menjaga diri) orang itu adalah, 1. Pencuri. 2. Orang yang sedang dicari-cari polisi. 3. Mabahits (intellegent). Dan 4. Penjahat kelamin. Hehehe. Pernah suatu ketika terjadi beberapa kejadian. Seperti orang mesir yang bertemu dijalanan dengan kita pura-pura bertanya "jam berapa" ataupun ada yang pura-pura sok akrab. Setelah itu langkah dia adalah mencari tahu nomor HP ataupun tempat rumah kita tinggal. Setelah itu mereka akan menghubungi kita atau main kerumah kita. Dan setelah itu, mereka mencuri barang-barang milik kita yang berada dirumah. Senior saya pernah mengalami kejadian seperti ini, bahkan sampai ditabok hingga pingsan. Setelah itu mereka akan pergi tanpa jejak. Ada juga yang setelah akrab dan sampai main kerumah kita ternyata orang itu adalah orang yang justeru sedang dicari-cari polisi. Kalau hal ini sampai terjadi jangan terkejut apabila beberapa polisi bersenjata dan polisi preman akan menggrebek rumah kita. Selain itu juga untuk sebagian orang yang tujuannya menuntut ilmu ke Mesir, harus berhati-hati dalam memilih guru dan memilih pengajian bersama orang mesir. Karena disini masih banyak pengajian-pengajian yang terlarang dan dilarang oleh pemerintah setempat, yang katanya gurunya mengajarkan tentang jihad (Islam garis keras) apabila hal ini sampai tercium oleh Mabahits (Intellegent) maka suatu saat rombongan polisi lengkap dengan senjata laras panjang dan pistolnya akan menggerebek rumah kita, memeriksa semua barang-barang yang berada dirumah kita. Seperti buku-buku bacaan yang kita miliki, apakah buku itu ditulis oleh penulis yang berbahaya atau tidak. Komputer-komputer atau laptop kita, apakah berisi dokumen rahasia atau video-video terlarang. Sampai poster yang terpampang dirumah kita. Apabila semua hal seperti demikian itu ada, maka kita akan dibawa oleh polisi dan barang-barang yang mencurigakan seperti itu akan menjadi barang buktinya. Kemana kita akan dibawa? Kita akan dibawa kesebuah tempat yang tidak pernah kita mengetahuinya dimesir ini. orang-orang bilang dibawa ke penjara bawah tanah. Apa yang dilakukan dipenjara bawah tanah? Telah banyak orang yang menjadi korban dalam kejadian ini, tidak sedikit dari orang asing. Dipenjara bawah tanah, kita akan di interogasi dengan ganas dan kasar. Kita diperlakukan bukan seperti manusia. Kita akan dipukul habis-habisan. Kita akan di setrum. Pernah terjadi oleh mahasiswa Indonesia. Ia habis disetrum kemaluannya ketika di interogasi. Bahkan sampai ditelanjangi. Kalau benar-benar terbukti kita salah. Jangan berharap anda dapat bernafas di keesokan harinya, Hahaha. (bukannya nakut-nakutin ya…, ini kenyataan) Oleh sebab itu saya mengajak anda dan kalian semua, mari kita ingat terus, pesan yang pernah disampaikan oleh Bang Napi, "kejadian terjadi bukan karena niat pelakunya, tetapi karena ada kesempatan. Oleh karena itu, Waspadalah, Waspadalah, Waspadalah…!!!"
Apabila musim panas tiba, orang-orang mesir akan keluar menikmati malam yang singkat itu mulai dari anak BaLiTa sampai LanSia. Beberapa tempat yang biasanya ramai dikunjungi oleh mereka seperti taman-taman dipinggir jalan, pasar-pasar malam, kedai-kedai, sampai tempat-tempat yang gelap. Kakek-kakek atau bapak-bapaknya lebih suka berkumpul di kedai-kedai, baik sekedar nonton TV, main catur, sampai bergurau yang tak bermanfaat. Biasanya mereka sambil menghisap shisha, rokok yang dihisap dengan pipa lebih jelasnya shisha adalah rokok khas negeri arab yang terkenal sejak zaman dahulu yang bentuknya unik dengan beragam rasa buah-buahan. Selain itu biasanya mereka meminum kopi atau syai 'arusah (teh bubuk) biasanya orangtua-orangtua seperti ini lebih suka kopi dan syai pahit. Ibaratkan saja kopi atau syai-nya dua sendok makan, gulanya satu sendok teh kecil. Selain pahit banget, juga kental. Selain itu masyarakat mesir adalah masyarakat yang paling fanatik dengan sepakbola, dibanding dengan masyarakat arab lainnya. Jika mesir berlaga maka mereka akan memenuhi kedai-kedai dipinggir jalan untuk nobar alias nonton bareng. Dari TV yang paling kecil sampai yang pakai fokus (proyektor). Disaat seperti ini biasanya pemilik kedai memanfaatkannya, mereka menjejerkan kursi-kursi sampai berpuluh-puluh. Ketika sudah dipertengahan pertandingan mereka akan meminta uang kepada para pengunjung, harganya pun bermacam-macam, dari yang satu geneh (kira-kira Rp: 1800), bahkan ada yang sampai tiga, empat, lima geneh. Biasanya ini pertandingan final world cup. Dimusim panas seperti ini, mereka tidak akan pulang sebelum azan shubuh akan berkumandang beberapa menit lagi. Setelah shubuh biasanya mereka tidur dan bangunnya, siang deh…, oleh sebab itu kenapa toko-toko dan warung-warung disini biasa buka pukul sembilan keatas. Walaupun ada beberapa yang sudah buka sejak pagi. Tapi itu bisa dihitung dengan tasbih yang ukuran paling kecil.
Ketika kita hendak berpergian, pastinya kita akan mampir atau transit di mahattah (terminal) terminal di mesir hampir serupa dengan terminal-terminal di indonesia, seperti terminal Pulau Gadung kurang lebih, yang ramai dengan pedagang asongan serta penuh aroma bauk pesing, bauk sampah, kotor, macet, sesak dan seterusnya. Kalau ingin mencari daerah yang bersih cukup datang ke daerah-daerah pariwisata. Disini lingkungannya lebih mendingan. Hehe. Kalau mau naik taksi, jangan aneh kalau supir taksi menolak tujuan kita. Supir taksi disini males-males dan suka pilih-pilih. Dan angkutan-angkutan disini juga tidak sesuai waktu, dia akan datang kapanpun. Maksudnya, Disaat kita membutuhkan dia belum datang, satu, dua jam baru datang. Jadi bersabarlah. Diperjalanan pun kita pasti bertemu dengan ribuan orang-orang mesir dari berbagai lapisan. Mesir saat ini sudah mengenal trend atau modis. Perempuan atau gadis-gadisnya sudah banyak yang memakai baju-baju ketat walaupun pakai jilbab, itupun jilbabnya jilbab yang diputar-putar sampai mencekik-cekik lehernya. Ya tidak berbeda jauhlah dengan gadis-gadis dilingkungan kita, katanya kalau tidak seperti itu, gak gaul atau kampungan. Aja-aja ada… hehe.
Itulah mesir, saya menceritakan keburukannya bukan berarti saya merendahkan dan mengeluh dengan keadaannya. Saya mafhum, mesir dahulu adalah padang pasir yang luas dan tandus. Dan cuacanya juga kurang memungkinkan, enam bulan musim dingin, enam bulan musim panas. Kurang lebih begitu. Jadi dapat dimaklum kalau kebanyakan orang mesir seperti itu, -tempramental, jorok, dan kurang peduli. karena wilayahnya tandus dengan begitu sangat berpengaruh pada kepribadian orang-orangnya. Hanya saja yang membuat saya kecewa dan sedih, mesir atau negara arab lainnya adalah mayoritas penduduknya muslim. Seharusnya mereka dapat membuktikan kalau islam mengajarkan kebersihan, kedisiplinan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Kenapa justeru sebaliknya yang terjadi? Prancis, Jerman, Jepang dan lain sebagainya negara barat yang penduduknya mayoritas non muslim, dapat membuktikan kebersihannya, kepeduliannya dan kedisiplinannya? Bukankah islam yang mengajarkan itu semua? Permasalahannya, kenapa islam sampai saat ini masih terbelakang?
Bukankah Kebersihan itu sebagian dari iman? Lalu kenapa kita belum bisa membuktikan, kalau kebersihan itu adalah sebagian dari iman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar