Sebelum saya mencatat Tulisan tentang Ibu, izinkan saya untuk membaca puisi yang saya buat untuk Ibu saya dan Ibu-Ibu saya yang lain yang sudah berjasa dalam hidup saya.
- Ibu Hj. Eeh Suchoiriyah
- Ibu Hj. Norimah binti Muhayat
- Ibu Ustz. Hj. Sholihah Noer
- Ibu Ustz. Hj. Wardah Noer
- Dan Untuk Seluruh Ibu-Ibu didunia yang selalu bahagia dalam membesarkan anak-anaknya.
bersama Ibu yang telah melahirkan saya |
Untukmu Ibu
dalam belaian lembutmu, membuatku merindu.
sungguh betapa besarnya anugerah kasih sayangmu Bu...
engkau cium aku, ketika aku menangis kala kecil.
engkau peluk aku ketika aku bersedih.
Tuhan memang adil ya Bu...
dahulu ketika aku sedang berlari-lari bahagia disurga sana, Tuhan memanggilku, Dia berkata kepadaku, "Aku akan mengutusmu kedunia, siapkanlah dirimu. Engkau akan menjadi pemimpin."
aku penuh tanya pada Tuhan, "mengapa Engkau tunjuk aku, aku sudah sangat bahagia berada disini dengan-Mu."
dan dengan senyum Tuhan menjawab, hidupmu didunia juga akan penuh kebahagiaan wahai malaikat kecil.
setelah tak berapa lama, aku dilahirkan dengan kuasa-Nya,
ternyata Tuhan tak sedikitpun menghilangkan surga dan kebahagiaan itu. dan tak sedikitpun Dia ingkar.
disini, didunia ini Tuhan menggantikan surga-Nya dengan dirimu bu.
kasih sayangmu, ternyata sama dengan kasih sayang Tuhan.
dalam perjalanan panjangku engkau selalu menemaniku.
setiap permasalahan mendera, engkau hadir sebagai penghapus duka lara.
aku tersadar, ketika kecil aku adalah anak yang nakal, yang selalu mebuat ulah.
tak jarang membuatmu menangis.
...tapi engkau tetap sabar.
engkau percaya akan masadepanku. engkau didik aku.
aku teringat, dan sampai kapanpun pasti akan kuingat.
engkau guru pertamaku bu...
engkau yang mengajarkan aku membaca, Alif, Ba, Ta.
engkau yang mengenalkan aku pada Kalam Tuhan..
engkau yang mengenalkan aku pada Muhammad manusia kekasih Tuhan itu.
engkau mengajari aku bagaimana Shalat.
engkau mengajarkan aku manfa'at berpuasa.
dan begitu sabar, sampai engkau dapat mengenalkan aku pada hakikat Tuhanku.
Ibu... aku juga teringat, dijum'at itu.
ketika halilintar menderu, hujan begitu Deras, angin sangat kencang, menyelimuti bumi.
tak ada tempat sembunyi untukku selain ditubuhmu.
aku menangis ketakutan!!!
aku memelukmu erat tubuhmu.
aku mengumpatkan kepalaku diketiakmu.
engkau menutupkan telingaku dan mataku.
disaat itu engkau hibur ketakutanku dengan Seruan Tuhan,
Allahu akbar, Allahu akbar.
Asyhadu an-la ilaha illallah… Asyhadu an-la ilaha illallah…
Asyhadu anna Muhammadarrasulullah… Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…
Hayya 'alashsholah… Hayya 'alashsholah…
Hayya 'alal falah… Hayya 'alal falah…
Allahu akbar, Allahu akbar.
Laa ilaa ha illa Allah…
lembut suaramu membuat aku menangis sejadinya.
engkau selalu menaburkan kasih sayang itu padaku.
kasih sayang yang Tuhan ajarkan.
sampai saat ini. tak hentinya kau selalu taburkan.
hingga membuatku tenang.
diwaktu kecil ketika aku sakit, engkau yang selalu menyuapiku.
dengan lembut engkau memberinya.
engkau juga yang membersihkan setiap kotoranku.
sepertinya aku telah berbuat dosa padamu bu,
aku telah membuatmu hina dengan kotoranku.
tapi tetap saja engkau melakukannya dengan penuh perhatian.
sujud dan syukurku selalu kupanjatkan pada Tuhan.
Tuhan telah memberikan perlindungan-Nya melalui-mu.
berapa banyak bayi yang dibuang oleh ibunya.
berapa banyak bayi yang dibunuh oleh ibunya.
berapa banyak bayi yang digugurkan oleh ibunya.
berapa banyak dan berapa banyak bu...
tetapi engkau tidak melakukan itu padaku.
engkau tersenyum ketika aku terlahir,
engkau tersenyum ketika aku menangis,
engkau tersenyum ketika aku tertidur,
engkau tersenyum ketika aku terbangun,
engkau tersenyum ketika aku menatap wajahmu.
engkau tertawa ketika melihatku menangis bersama malaikat,
engkau tertawa ketika melihat mataku terbelalak menatap malaikat.
engkau tertawa ketika melihatku tersenyum bermain bersama malaikat.
disini, ditubuh ini, air susu-mu, menjadi saksi kasih sayangmu.
disini, ditubuh ini, nasi yang kau suapkan menjadi daging.
disini, ditubuh ini, air yang kau alirkan menjadi darah.
disini, ditubuh ini, akan terus mengalir kebaikanmu bu...
ketika aku dapat melihat, engkau ajari aku mengenal dunia.
satu demi satu engkau kenalkan aku pada orang-orang disekitarmu.
Ayah... Bibi... Mamang... Kakak... engkau sebut satu persatu dihadapanku.
ketika aku mulai dapat mengeja, engkau ajari aku berkata.
engkau tersenyum bu.
engkau nyanyikan aku sholawat disetiap tidurku.
engkau dendangkan aya-ayat suci dari bibirmu.
engkau wanita yang begitu sabar bu...
sebenarnya, apalah artinya diriku.
hanya secercik air mani, segumpal darah, dan sebongkah tanah yang disulap Tuhan.
tetapi tidak dengan kekecewaan kau menerimanya.
lagi, lagi... dengan penuh harap dan kebahagiaan.
engkau pertaruhkan nyawa-mu demi nyawa-ku.
engkau relakan darahmu menjadi beku demi darahku yang mengalir.
engkau relakan tubuhmu kembali menjadi tanah,
demi diriku menjadi sebuah tubuh.
tak pantas rasanya jika aku menyakitimu.
sekian banyak kebaikanmu.
tak pantas rasanya jika ku melukai dirimu.
sekian banyak kasih sayangmu padaku.
goresan pena ini tak mampu menceritakan semua kebaikan dan kasih sayangmu padaku.
lautan-pun tak akan mampu menjadi tintanya,
begitu juga, jutaan kertas tak akan habisnya menceritakan kebaikanmu.
tapi disini, dihatiku... semua tersimpan tentang-mu, tentang-ku dan tentang kita.
maafkan aku bu, aku belum dapat menjadi orang yang kau harapkan.
aku masih terlalu lemah untuk hal ini. tapi tetap saja kau selalu percaya pasti aku bisa.
maafkan aku bu, aku tak dapat membalas kebaikanmu.
karena aku tak kuasa akan hal ini, tapi tetap saja engkau ikhlas dan tak mengharapkannya.
bu... ada yang ingin kusampaikan padamu,
betapa aku mencintaimu.
aku rela jika nyawaku dicabut hanya karenamu.
apalah artinya aku hidup tanpa dirimu disisiku.
apalah artinya dunia yang maha luas ini, jika tak ada dirimu dikehidupanku.
bu... tahukah engkau akan satu do'a yang selalu kupanjatkan.
aku selalu berdo'a, Tuhan Jangan Kau Cabut Nyawa Ibuku...
walau aku tahu, do'a itu pasti tidak akan pernah didengar oleh-Nya,
namun sepert itulah, begitu aku sangat mencintaimu.
tetapi aku yakin jika memang Tuhan menyabut nyawamu Tuhan lebih mencintaimu bu...
Tuhan menempatkan pada tempat yang sebaik-baiknya.
bagaimana mungkin Tuhan siksa dirimu,
sedangkan kebaikanmu begitu besar.
engkau selalu melakukan apa yang diperintahkan-Nya,
dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
maafkan aku bu...
maafkan aku bu...
maafkan aku…
begitulah aku mencintaimu.
aku rindu padamu. Ibuku…
dari anakmu yang selalu mensyukuri kehadiranmu Ibu...
Muhammad Syahrul Fakhri.
saya dengan Ibu Mertua, hehehe...
Begitulah sosok Ibu yang saya gambarkan sedikit pada puisi saya, dia memang manusia yang benar-benar penuh sabar. Saya belum pernah menemukan manusia sesabar Ibu. Dimata saya Ibu seperti asfur, bercahaya dan akan tetap bercahaya penuh keindahan selamanya. Tetapi terkadang saya bertanya, kenapa masih ada orang yang tega mencelakakan ibunya sendiri. Mengangkat suaranya dengan keras kepada ibunya. Dan tak sedikit sampai membunuhnya. Apakah manusia itu (Ibu) telah membuat salah yang sangat besar. Padahal kalau kita bayangkan lebih besar mana kebaikan dengan kesalahannya kepada kita? Saya rasa gunung tursina pun akan kalah besarnya dengan kebaikan seorang Ibu. Tidak usah kita pusing-pusing menghitung seberapa banyak kebaikan yang telah dilakukannya kepada kita. Cukup kita urutkan saja, dimulai sejak ibu mengandung kita. Sembilan bulan bukanlah waktu yang cepat. Bukanlah seperti kita membalikkan telapak tangan kita. Ia adalah waktu yang panjang. Setelah sembilan bulan, akan ada penutupnya yaitu kita terlahir kedunia. Bayangkan, pilihannya Cuma satu; hidup atau mati. Itu saja yang akan menjadi pilihannya ketika melahirkan kita. Setelah itu kita diasuhnya, dari umur satu sampai…, sampai kapanpun. Tidak terbatas!
"Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada Ibu Bapaknya. Ibunya telah mengandung dia dengan susah payah, melahirkan, dan menyusui selama 30 bulan." (QS. Al-Ahqaf [46]: 16)
…maaf Saya tidak bisa melanjutkan menceritakan kebaikannya. Cukup sampai sini. sangat sulit untuk di ceritakan karena terlalu istimewa.
Suatu masa Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang yang datang kepadanya, "wahai Rasul Allah, siapa yang patut aku hormati?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi, "kemudian siapa?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" lalu dia bertanya lagi kepada Rasulullah, "kemudian siapa lagi wahai Rasulullah?" dengan sifat sabarnya Rasulullah menjawab, "Ibumu". "setelah itu siapa" lelaki itu bertanya lagi. "Bapakmu" jawab Rasulullah. (bersumber dari HR. Bukhari Muslim)
Sampai ketiga kalinya Rasulullah menjawab, Ibumu, Ibumu, Ibumu. Baru setelah itu, Bapakmu. Dari kisah itu kita sendiri bahkan bisa menyimpulkan. Betapa yang telah dilakukan oleh Ibu jauh lebih besar daripada Bapak kita. Ya, dibelahan bumi manapun, Ibu tetaplah Ibu. Orang yang paling pertama yang harus kita hormati. Dengan seperti itu apakah kita masih akan menyakiti hati Ibu kita dengan kelakuan kita?
Allah berfirman, "Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan kepada-Nya. dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orangtuanya dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah katakan kepadanya "ah" dan janganlah kamu membentak keduanya. Katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sakeduanya sebagaimana mereka menyayangiku siwaktu kecil." (QS. Al-Isra [17]: 23-24)
Subhanallah, bagi saya Islam sangatlah indah, Sempurna! Firman Allah diatas merupakan contoh akhlak yang ditujukan kepada seorang anak. Agar mengetahui bagaimana memperlakukan kedua orang tuanya. Dari pelarangan yang paling kecil saja, seperti mengucapkan kata "ah" itu sudah dilarang oleh Tuhan. Karena hal itu akan menyakitinya. Bagaimana dengan kata-kata yang kasar dan keras? Wajahnya mungkin biasa ketika kita menghardiknya. Tetapi, dihatinya? Kita tidak pernah tahu. Mungkin airmatanya lebih deras dari yang pernah kita lihat. Karena biasanya seorang Ibu akan merahasiakan airmatanya dari anak-anaknya. Ia hanya akan menangis dibelakang anak-anaknya, ia hanya akan menangis ketika sedang mendo'akan kita. Dan jikalau Ibu menangis didepan anaknya, Ibu itu hanya akan menangis ketika melihat anaknya menderita. Itulah Ibu. Dengan seperti itu apakah kita masih akan menyakiti hati Ibu kita dengan kelakuan kita?
"Semua dosa akan ditangguhkan Allah SWT sampai nanti hari kiamat, kecuali durhaka kepada kedua orangtua, maka sesungguhnya Allah SWT akan menyegerakan balasan kepada pelakunya di dunia sebelum meninggal." (HR. Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar