24 Mei 2011

Menikah Muda? Memangnya kenapa?


Pada 25 Januari 2011 bertepatan dengan hari Revolusi Mesir, saya pulang menuju tanah air. pada saat itu, dijalan-jalan raya sudah tampak sepi. Polisi-polisi pun mulai berjaga-jaga. Disejumlah daerah sudah banyak terjadi demonstrasi besar, menuntut pengunduran Husni Mubarak yang telah menjabat sebagai Presiden Republik Mesir setelah kurang lebih 30 tahun. Dan berita itu-pun saya dapat dari stasiun televisi swasta milik Mesir ketika sedang boarding pass di Internasional Cairo Airport.
Dan ketika 26 Januari 2011 saya tiba di Malaysia dengan selamat, dan akan tinggal di Negeri ini untuk beberapa hari kedepan sebelum akhirnya pulang ke Indonesia.

Ada beberapa tujuan yang mengharuskan saya pulang diliburan musim dingin di Mesir ini. Pertama, saya ingin berobat. Kedua, kangen dengan keluarga terutama Ibu saya. Dan Ketiga, ta'aruf dengan keluarga calon istri saya di Malaysia. Sebenarnya saya agak malu-malu gimana… gitu, menceritakan tentang hal ini. Tetapi cerita dan tidak cerita pun semua orang akan mengetahuinya suatu waktu. Dan saya rasa dengan bercerita itu lebih baik karena saya dapat langsung menjelaskan perkara yang sebenarnya. Oleh karena itu, disamping saya bercerita saya jadikan ini sebagai jalan pengakuan saya kepada saudara-saudara, guru-guru, teman-teman dan semuanya yang mengenali saya. Karena saya dan kami (keluarga) tidak ingin ada fitnah di keluarga kami. Ataupun berita yang tidak jelas juntrungannya (asal-muasalnya).  Si ini, kata si itu, terus si itu kata si dia, si dia kata si anu, si anu kata siapa? Nah loh. Yang asalnya cuma nebak-nebak aja, malah jadi ghibah (gosip) yang tak terhingga. Udah kaya artis ngetop aja kalo gitu. Hehehe.

Tujuan saya pertama adalah berobat. Maklum saya dari kecil memang berlangganan dengan tukang sakit. Biasanya kalau sudah terkena sakit lama ke sembuhnya. Soalnya sakitnya berderetan. Tadinya Cuma flu biasa ujung-ujungnya muntahber istilah kampungnya mincrit-muncrut hehe. Dan tujuan kedua saya kangen dengan keluarga dirumah terutama Ibu. Maklum, namanya juga bontot. Siapa sih yang kuat lama-lama ninggalin Ibu kesayangannya? Apalagi sampai bertahun-tahun. Huh lebay deh. Tenang, saya bukan tipe bontot yang manja kok. Kalau saya bontot yang manja, ngapain juga saya cerita-cerita masalah yang lebih kedewasaan ini (nikah muda) iya khan?. Oke, dan tujuan yang ketiga saya, ta'aruf dengan keluarga calon Istri saya. Dan ini yang akan menjadi catatan kali ini. Tentang 'menikah muda'. Kenapa saya beri judul seperti diatas, karena yang saya dapati selalu saja orang terkejut dengan pengakuan saya. Kurang lebih seperti ini, "Busset dah, serius loe nikah muda?" saya jawab aja, "Emangnya kenapa?" dengan jawaban seperti itu akhirnya mereka mengeluarkan opininya, yang paling singkat seperti ini, "ya kaga napa-napa, Cuma kaget aja".

Nikah muda, sekarang bukan trend lagi bagi kalangan remaja atau orangtua masa kini. Biasanya istilah nikah muda lebih terkenal dan dengan mudah kita dapati di era 90-an kebawah. Maklum, orang-orang zaman dulu memang mayoritas menikah di usia yang relative muda, dari usia 17 sampai 21 tahun. Bahkan tidak sedikit juga perempuan-perempuannya yang menikah diusia 12 tahun. Dahulu, ini bukanlah sebuah persoalan. Tetapi berbeda dengan sekarang yang sudah menjadi persoalan besar dibeberapa kalangan. Tetapi saya tidak sedang ingin membicarakan itu. saya husnuzhon saja, mungkin ada lain hal yang sehingga membuat orangtua mereka menikahkan anaknya yang baru usia 12 tahun. Mungkin saja bukan menikah, Cuma di ikat atau lain sebagainya.

Dan nikah muda saat ini menjadi hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia, berbeda dengan masyarakat di negeri tetangganya. Masyarakat Singapore, Brunei Darussalam dan Malaysia, masyarakat mereka menganggap nikah muda adalah suatu yang positif, jika melalui prosedur yang sah dan diakui .Karena ia lebih menjaga harga diri seseorang. Di Indonesia, walaupun tidak semua, tetapi saya lebih banyak mendapati, bahwa dari mereka menganggap  menikah muda bukanlah sesuatu yang tepat, karena beberapa alasan. Pertama, masih muda. Kedua, masih sekolah. Ketiga, belum kerja. Keempat, belum mempunyai penghasilan. Ini alasan utama mereka terkhusus orangtua dalam menyikapi persoalan menikah muda. anak-anaknya. (padahal kalau dipikir-pikir, mereka khan menikah diusia muda juga, hehe) Begitupun dengan Ibu dan keluarga saya, mereka terkejut setelah mendengar anaknya yang terakhir ini yang baru berusia 20 tahun (januari 2011, sekarang sudah 21 tahun terhitung sejak Maret 2011) memutuskan ingin menikah. Dan akhirnya Ibu dan Keluarga saya keberatan dengan keputusan itu. faktornya, seperti yang telah saya rincikan pada empat point diatas. tetapi saya tidak berhenti begitu saja, karena niat saya yang begitu kuat dan yakin.

 Saya berbicara dari hati ke hati kepada Ibu saya, awalnya saya bicara dengan mengirimkan surat kepadanya. Karena dengan ini beliau akan membaca semua isi hati saya. Berbeda jika saya berbicara langsung dari mulut ke mulut. Maka yang terjadi, ibu saya bisa memutuskan pembicaraan saya dan berakhir di kalimat "tidak setuju". Dengan langkah itu, setelah ibu saya mengetahui isi hati saya, maka saya menelfon Ibu saya dan memberanikan diri bicara langsung dengannya. Seperti yang telah saya katakan. Ibu saya awalnya keberatan, beliau mengkhawatirkan saya takut tidak bisa menjalani tanggung jawab sebagai suami sepenuhnya, karena tanggung jawab suami tidak hanya kewajiban memberi nafkah bathin  kepada sang istri, tetapi memberi nafkah lahiriyah pun teramat wajib. Yang menjadi persoalan beliau, saya dikhawatirkan tidak mampu memberi -kewajiban lahiriyah. Persoalan lahiriyah itu timbul karena Ibu saya melihat keadaan saya saat ini. masih kuliyah, belum bekerja dan belum mempunyai penghasilan. Kekhawatiran beliau tentang keadaan saya itu sudah dapat saya baca sebelumnya. Saya pun akhirnya menjelaskan kepada beliau, melalui surat juga. Dengan cara seperti ini saya lebih tenang karena dapat menyampaikan semuanya kepada Ibu saya. Berikut surat yang saya sampaikan kepada Beliau.

Surat untuk Keluarga Besar.

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, washsholatu wassalamu ‘alaa Rasulillahi ajma’in. ammaa ba’du. Qola ta’alaa: “wa ankihul ayaamaa minkum wash-shoolihiin min ‘ibaadikum wa imaa-ikum In-yakuunuu fuqoroo-a yughnihumullahu min fadhlihi, Wallahu wasi’un ‘alim.”
Wa qola Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wasallam. “yassiru walaa tu’assiru…”

Puja-puji syukur atas kehadirat Allah Subahanahu wata’alaa yang telah memberikan nikmat kepada kita semua, semoga dengan nikmat itu kita dapat mensyukurinya sehingga kita tergolong daripada golongan orang-orang yang bersyukur. Amin
Sholawat dan salam, selalu kita haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kepada kita jalan kebenaran yakni jalan yang di ridhoi Allah SWT dunia dan akhirat.

Yang selalu saya (Muhammad Syahrul Fakhri) hormati, terkhusus dalam hal ini ibunda tercinta Hj. Eeh Suchoiriyah dan Seluruh keluarga dari Bapak (Alm) H. Suryata Kantawirya serta keluarga Besar Kakek (Alm) H. Muhammad Ilyas atau Keluarga Besar dari kakek (Alm) H. Hamsin Kantawirya  yang semoga selalu dalam lindungan serta rahmat Allah SWT.

Sebelum saya memulai kalimat yang akan diuraikan.
saya meminta permohonan maaf yang seluas-luasnya kepada keluarga semua, jika kehadiran saya selama ini sudah sedikit ataupun banyak menyusahkan seluruh keluarga besar semua. Betapa banyak kesalahan-kesalahan yang telah saya perbuat baik yang disengaja ataupun tidak. Saya     sadar, saya selalu buat keluarga susah, selalu mengharapkan yang berlebih-lebihan kepada keluarga, yang keadaannya tidak sesuai seperti yang saya harapkan. Namun saya bangga, karena keluarga selalu memberi sokongan kepada saya walaupun sulit untuk ditunaikannya. Barakallahu fikum amin Ya Rabb.

Selanjutnya saya mengucapkan rasa minta maaf dan terima kasih yang sedalam-dalamnya, karena telah sudi kiranya menerima saya didunia ini, menerima saya menjadi salah satu anggota keluarga diantara kalian. Saya bersyukur, saya dilahirkan dari Ibu yang penyayang, dibesarkan oleh Bapak yang bijaksana, dan ditemani bersama kakak-kakak yang baik hatinya. Sebanyakpun emas atau harta yang saya miliki belum bisa membalas kebaikan kalian semua yang begitu penuh ke ikhlasan. Saya Cuma bisa berharap, biarlah Allah yang membalas dengan kebaikan, sebaik-baiknya kebaikan. Amin Ya mujibassailin


Saya juga mengucapkan terima kasih, karena telah bersedia membagi waktu untuk mendengarkan atau membaca untaian surat saya detik ini.

Mungkin menurut kalian (ummi, kakak2, teteh, aa, dan seluruh saudara-saudara) saya belum saatnya untuk berbicara seperti ini. Karena dipandangan kalian saya masih terlalu kecil, baru lahir duapuluh satu tahun yang lalu. Saya masih dalam masa-masa belajar, saya belum menemukan tempat untuk mendapatkan penghasilan buat kehidupan saya. Saya sadar dan saya faham betul tentang itu.

Tetapi saya berharap, keluarga senantiasa tahu dan faham, bahwa saya bukanlah lagi seorang anak kecil seperti orang-orang awam bayangkan. Kini saya (Muhammad Syahrul fakhri) adalah anak yang akan hidup diatas duapuluh satu tahun dari detik ini. Saya sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk diri saya. Oleh sebab itu, biarkanlah saya menentukan sesuatu yang baik, memilih sesuatu yang baik, dan melangkah sesuatu yang baik untuk kehidupan  saya saat ini dan yang akan datang. Percayalah saya saat ini bukan anak kecil lagi. Saya ingin bebas dari belenggu kalimat itu. Saya tidak mau selamanya terus bergantung pada ummi, kakak-kakak. Saya berharap semuanya dapat memahami isi hati ini.

Dalam kesempatan ini, saya ingin meminta izin, meminta restu, meminta keredha’an dan meminta keikhlasan dari keluarga semua. Bahwa saya ingin menyempurnakan separuh kehidupan dan agama. Saya ingin melaksanakan sunnah yang Rasul anjurkan, tentunya dengan seorang yang saya cintai dengan tulus dan ikhlas.

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku”
(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

Bukan sebuah keterpaksaan dan bukan juga sesuatu yang mendadak. sebenarnya, saya sudah lama dan banyak bercerita tentang ini kepada ummi, dan hanya sebagian saja yang mengetahuinya. Karena saya melarang ummi untuk memberitahukan kepada yang lain. Saya takut, keluarga tidak siap mendengarnya, keluarga berfikir yang tidak-tidak, berprasangka buruk kepada  saya dan akhirnya memutuskan harapan saya. Saya bilang kepada ummi, “biarkan saya yang beritahu dengan sendirinya dan menjelaskannya kesemua anggota keluarga.” Saya tidak mau, keluarga menyalahkan ummi dengan keputusan yang saya buat. Bukankah menikah perkara yang baik?

“Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

“Ya, benar, menikah adalah perkara yang baik. Tetapi kamu juga harus melihat keadaan kamu saat ini. Kamu masih belajar, apa tidak terganggu? Lagi-pun ary belum kerja dan belum berpenghasilan. Mau ngasih makan istri dan anak dengan apa? Dan mencari dimana?”

Pasti pertanyaan itu, tersemayam di hati kakak-kakak dan saudara-saudara semua. Bukan begitu? Tanpa kalian tanyakan kepada saya, saya tahu apa yang ada dan yang akan kalian lontarkan kepada saya.

Saya tidak terlalu pusing memikirkan hal itu, cukup yakin saja. Bahwa Allah selalu memudahkan jalan hamba-Nya yang berniat baik. Bukankah Allah janji dalam firman-Nya?

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an, Surah An Nuur ; 32)

Maaf, bukan maksud saya melawan dengan ayat al-qur’an. Saya Cuma mengingatkan, bahwa kita harus yakin, Rizki selalu ada untuk kita, apalagi untuk perkara yang baik Allah pasti memudahkan. dan maaf, bukan maksud saya mengajarkan atau menggurui, tidak, tidak sama sekali. Karena saya tahu, kalian lebih faham tentang ini daripada saya.
Bukankah menikah itu perkara yang baik?

Imam Al-mazriy dari madzhab Malik mengatakan " nikah itu sunat, tetapi terkadang ia menjadi wajib apabila takut jatuh kepada zina."

Imam syafi’i mengatakan “nikah itu menjadi wajib bagi laki-laki yang takut terjatuh ke zina, begitu juga misalnya perempuan yang tidak aman kecuali dengan menikah maka ia wajib menikah.

Dan saya yakin kehadiran istri bahkan seorang anak, bukanlah perkara yang dapat menghalangi seseorang didalam belajar. Saya banyak belajar tentang ini, tidak sedikit dari mereka, seorang Ulama yang menikah di usianya yang masih muda, contoh kecil, Mu’allim Almaghfurlah K.H. Muhammad Syafi’I Hadzami. (Semoga Allah merahmati dan mengampunkannya) beliau menikah dalam usia 17 tahun. Apakah beliau terganggu belajarnya? Tidak, justeru dengan menikah beliau lebih giat belajarnya, ibadahnya terjaga, akhlaknya menjadi lebih sempurna dan lain sebagainya.

Seorang ulama di Malaysia, awalnya ragu ketika anaknya meminta untuk menikah, beliau ragu, karena sang anak masih terlalu muda, masih sekolah, beliau resah kalau anaknya menikah belajarnya akan terganggu. Ditambah anaknya belum dapat mencari nafkah. Tetapi sang Ayah menyerahkan semuanya kepada Allah dengan menikahkan anaknya itu, dan apa yang terjadi, sang anak belajarnya semakin semangat, prestasinya cemerlang, dan rizki selalu ada untuknya. Bukankah menikah itu perkara yang baik?

Lagi-lagi bukan saya memaksa keluarga, saya faham dan tahu keadaan keluarga seperti apa. Tetapi berikanlah kesempatan kepada saya untuk memilih sesuatu yang terbaik buat saya. Saya tahu butuh uang yang banyak untuk hal ini. Ya, memang seperti itu. Tetapi kapanpun itu, saat ini ataupun nanti. Itu akan terjadi juga dan akan membutuhkan uang, dan justru lebih membutuhkan uang yang banyak. Bukan begitu?

Saya sudah berterus terang dengan semuanya, saya berharap, keluarga juga ridho dengan niat baik ini. Percayalah, semua akan berjalan dengan lancar. Jangan bimbang dengan status Malaysia-Indonesia. Toh kalau sudah rezekinya pasti Allah memudahkan. Apa keluarga tidak ingin melihat saya bahagia, tenang dan lain sebagainya? padahal saya ikut berbahagia dengan kebahagiaan kalian? Apa kalian tidak restu dengan perkara baik ini yang jelas-jelas dianjurkan oleh agama, daripada saya sampai terjerumus perbuatan zina? Saya berharap jauh dari demikian itu. Apa kalian merasa tidak yakin? Padahal pihak perempuan sudah sangat yakin kalau saya bisa dan mampu untuk menjadi seorang imam. Apa kalian khawatir kalau saya tidak bisa menafkahi nantinya? Padahal mereka yakin rizki selalu ada untuk saya dan anaknya serta cucunya kelak? Apa kalian tidak merestui? Padahal papa-ibu dia sudah merestui.

Mohon maaf, jika ucapan saya begitu kasar. Saya hanya ingin keluarga mengerti. Sedikitpun saya Tidak bermaksud dalam diri ini untuk melawan ataupun memaksa kalian yang lebih tua dari saya. Dengan penuh harapan, saya sangat berharap, ridhoilah apa yang baik dan terbaik buat saya. Saya sudah fikir matang-matang. Tak mungkin saya mengambil keputusan ini dengan keadaan tidak sadar.

Yassiru walaa tu’assiru… “Permudahlah, jangan dipersulit”
Maka dimana ada kesulitan disitu pasti ada kemudahan. Dimana ada kesulitan disitu ada kemudahan!!!
Kita tidak pernah menduga, rizki itu selalu datang tanpa kita sangka-kan.  "…wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib…” (Rizki, Jodoh Dan Ajal sudah ada yang mengatur. Jangan pernah khawatir tentang janji-janji baik Allah ini).

Mohon maaf diatas segala kesalahan, dan terima kasih diatas segalanya.
Semoga Allah selalu melindungi dan memudahkan kita.
Akhir kata, Wassalamu’alaikum warahmatullah…
Alfaqir ilallah, Muhammad Syahrul Fakhri.
Mesir, 02-01-2011 M. 01:41 CLT.


Begitulah isi surat saya yang saya tulis untuk keluarga besar, permasalahan seputar empat point yang saya sebutkan telah saya jawab kepada mereka. Dan mereka meridhoi jika ini yang terbaik untuk saya. Singkatnya saya akan simpulkan permasalah pendapat orangtua kepada anaknya yang menginginkan menikah muda, diantaranya:

 1. Masih muda. Didalam bukunya 'Notes from Qatar' Muhammad Assad menuliskan bahwa menikah muda adalah sesuatu yang baik. Karena disaat seperti itu usia dalam masa yang Produktif. Dan dikalangan medis menyebutkan bahwa usia 20-an adalah saat terbaik untuk bereproduksi karena keadaan masih dalam kondisi prima.

2. Masih sekolah. Pengalaman dan kisah kedua ulama yang saya telah jelaskan disurat itu. Dengan menikah muda justeru membawa mereka menjadi lebih baik. Prestasinya cemerlang, Ibadahnya terjaga dan akhlaknya terpelihara. Atau kita mengacu kepada perkataan Imam Syafi'i, “nikah itu menjadi wajib bagi laki-laki yang takut terjatuh ke zina, begitu juga misalnya perempuan yang tidak aman kecuali dengan menikah maka ia wajib menikah." Kalau kita lihat dunia sekitar kita, siapakah yang paling banyak menjadi korban pemerkosaan? Siapakah rata-rata perempuan yang hamil diluar nikah? Siapakah perempuan-perempuan yang banyak mengaborsi janinnya? Jawabannya adalah, Anak Sekolah. (SMP, SMA dan Mahasiswa atau yang sederajat dengannya). lalu siapa yang membuatnya sampai hamil dan sampai seperti itu?siapa lagi, kalau bukan teman, kekasih atau pacarnya sendiri yang juga Masih Sekolah.

3.   Belum bekerja. Apakah tujuan diciptakannya manusia untuk bekerja? Bukankah Allah menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya? "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada-Ku."  Jika orangtua menyuruh anaknya bekerja setelah lulus sekolahnya (SMA atau Kuliyah), menurut pendapat saya ini bisa dibilang sesuatu yang salah. Bagaimana bangsa kita bisa maju, kalau semua lulusan sarjananya pada bekerja diperusahaan asing. bukan menciptakan lapangan pekerjaan? 

4. Belum mempunyai penghasilan. Bukankah ketika terlahir ke dunia ini Allah telah menyatakan bahwa Rizki, Jodoh dan Mati sudah diatur oleh-Nya? bukankah Allah menjamin, orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka-kannya? "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rizki dari arah yang tidak  disangka-sangkanya." Dan apakah hanya dengan bekerja kita dapat mempunyai penghasilan? Pendapat saya, Yang dapat menghasilkan kita mempunyai penghasilan lebih adalah keterampilan yang kita kuasai. Keterampilan harus menjadi trademark setiap orang. Karena tantangan di Indonesia akan semakin berat jika kita tidak mempunyai keterampilan. Kemudian berapa banyak para pekerja yang justeru masih kekurangan dari penghasilannya bekerja? Menurut pandangan saya, (maaf dalam hal ini bukan saya mengajarkan) Kita harus merubah pola pikir kita. itu terjadi karena tidak ada strategi yang tepat, sehingga tidak menjadkannya keberkahan.

Lalu hal apa yang harus dilakukan bagi orang yang ingin menikah diusia muda? Tentunya adalah hal-hal yang baik, diantaranya:
·         Niat yang baik, suci dan kuat.
·         Berani mengambil keputusan.
·         Merubah kebiasaan buruk pra-menikah.
·         Meminta ridha kepada kedua orangtua, keluarga dan lain sebagainya.
·         Berdo'a.
·         Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
·         Tawakkal kepada Allah, agar Allah memudahkan segala urusan baik ketika sebelum menikah, ketika sedang menikah dan sesudah menjalani hidup setelah pernikahan.

ketika tunangan berlangsung

Dalam catatan ini saya sama sekali tidak bermaksud ingin mengajak oranglain untuk menikah diusia muda. Karena menikah adalah hak masing-masing orang. Saya menulis ini hanya karena ingin menjelaskan kenapa saya memilih keputusan untuk menikah muda. Dan kenapa saya bisa sampai yakin dengan keputusan saya. Dan itulah jawabannya. Dan yang paling utama jawabannya, saya takut kebablasan. Na'udzubillahimindzalik. Hehehe. Just kidding Mba Sist and Mas Broo.

Oh ya, sebelum saya mengakhiri catatan ini. saya ingin sedikit cerita ke kalian. kalian tahu, awalnya saya kurang percaya kalau jodoh saya akan berlabuh di Negeri Jiran Malaysia. Bukan ingin berbangga hati atau riya. Karena saya tahu tidak semua orang Indonesia suka dengan orang Malaysia. Apalagi setelah issue-issue tentang Malaysia yang suka berbuat ulah. Saya hanya ingin menegaskan, Karena ini juga bagian dari mimpi saya, entah kenapa mimpi saya dari kecil ingin sekali pergi ke Malaysia, padahal negaranya tidak begitu jauh dengan Indonesia dan masyarakatnya pun masih berdarah melayu artinya tidak berbeda jauh juga dengan Indonesia. Tetapi yang terjadi, akhirnya saya tidak hanya bisa pergi ke Malaysia, jodoh saya pun akhirnya jatuh di Malaysia. Bahkan kalau ada rizki dan kesempatan, saya pun bisa mewujudkan satu mimpi sekaligus, yaitu kuliyah di Universitas Antar Bangsa Malaysia. Ini menandakan, bahwa dengan bermimpi semua bisa terwujud bahkan lebih dari itu. Hanya saja perlu usaha dan waktunya yang kita tidak pernah tahu. Dan tentang menikah berbeda negara ini, saya juga tidak pernah mempercayainya, karena bagaimana mungkin? Kalau setiap bulan pulang-pergi Indonesia-Malaysia, rasanya hukum Cinta Berat Di ongkos akan berlaku. Apalagi posisi saya saat ini masih di Mesir dan harus sampai menyelesaikan kuliyah saya di Mesir. Berarti Mesir-Malaysia-Indonesia donk? Semakin berat bukan? Tetapi semua itu dapat saya atasi dengan keyakinan saya, begitupun dengan Ibu mertua saya yang selalu meyakinkan saya. Ini Jodoh! Tidak perlu dikhawatirkan. Semua pasti ada jalannya. Dengan tenangnya Ibu berkata, "Sebuah pertemuan adalah takdir Allah yang terindah. Jadi jangan pernah menyesal. Walau apapun yang terjadi selalu jadikan kenangan terindah. Jika dia sudah ditakdirkan menjadi belahan jiwamu dan kamu berdua dijodohkan. Insya Allah, diantara Kairo dan Malaysia bisa bersatu nak…" thank you so much my mom. 

Terakhir, saya mohon maaf kepada khalayak ramai, jika tidak ada yang sefaham dengan pola pikir atau pendapat-pendapat saya. Saya juga masih belajar dan masih terus belajar. Yang benar datangnya hanya dari Allah dan yang salah dari saya pribadi. Semoga dimaafkan. Amin.



"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-ruum [30]: 21)


mohon maaf jika terlalu vulgar, hehe..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Often Read:

Breaking News

Kata Mereka:

"akulah pemilik masa depanku, tak perduli apa kata orang lain, yg terpenting adalah; Aku adalah Aku, bukan dirimu. Akulah yang menentukan kapan kesuksesan dapat kuraih, karna aku percaya janji Tuhan yang tak mungkin untuk di ingkari."

Percayalah dan yakinlah semuanya dapat kau raih dengan kesungguhan hati dan kebulatan tekad sekeras baja. Kekuranganku adalah sumber kekuatan terbesar dalam hidupku.

(Sahabat saya, Nurul Atiq)