"Setiap manusia adalah Pemimpin, Pemimpin bagi dirinya, Pemimpin bagi keluarganya, Pemimpin bagi lingkungannya, Pemimpin bagi Bangsa dan Negaranya." begitulah yang dapat saya simpulkan.
Terkadang saya geram, kesal, dongkol, kecewa dan sedih melihat realita para Pemimpin-pemimpin negeri ini, bukan berarti saya lebih hebat, lebih cerdas dan lebih baik dari mereka, tidak, Tidak begitu. Saya tetap menghargai para pemimpin-pemimpin saya yang memiliki tanggung jawab yang teramat berat itu. Hanya saja saya tidak habis fikir, kenapa mereka masih berlaku sesuatu yang seharusnya mereka tidak lakukan sebagai seorang pemimpin. Saya mafhum, pemimpin juga manusia, pasti punya kesalahan dan kekhilafan. Tetapi seharusnya mereka bisa menjaga kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan dirinya, bahkan merugikan oranglain, masyarakat dan negara.
Memang betul kita harus banyak belajar dari pemimpin-pemimpin terdahulu yang lebih kredibel dan berkualitas. Jujur, Dipercaya, berakhlak baik, dan lain sebagainya -yang terpuji. Mungkin ini yang menyebabkan kita -krisis pemimpin yang berakhlak mulia-. Karena masih ada yang diharapkan dari selain keridhaan Allah. Wallahu a'lam. Tapi saya yakin tidak semua seperti itu. Saya berharap sepuluh dari pemimpin yang delapannya merupakan pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab. Pemimpin yang kenal kepada dosa dan azab. Pemimpin yang tahu arti murka. Pemimpin yang peduli kepada bawahannya, pemimpin yang mempunyai harapan baik, pemimpin yang mempunyai masa depan yang cemerlang bagi bangsa dan rakyatnya.
Siapapun pemimpinnya, dari golongan manapun pemimpinnya, dari ras, suku, partai apapun pemimpinnya kita diwajibkan mentaati mereka. Selama pemimpin itu berpegang pada kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Allah menjelaskan didalam firman-Nya, "Wahai orang-orang yangberiman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (Pemegang kekuasaan) diantara kamu." (QS. An-nisa : 59).
Lalu, bagaimana agar kita dapat mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik untuk masa yang akan datang? Jawabannya, adalah dengan mendidik anak-anak atau pemuda-pemuda kita dari saat ini, dari hal yang paling kecil, agar mereka terbiasa. Dan yang paling penting adalah dari diri kita sendiri. Karena biasanya anak-anak selalu mencontoh kepada orang yang lebih tua darinya. Itulah persiapan kita untuk pemimpin-pemimpin yang dimasa yang akan datang. Karena Anak-anak dan Pemuda adalah aset terbesar dalam kemajuan suatu bangsa. Pasti akan timbul pertanyaan didalam benak kita, pemuda yang bagaimana yang dapat, dan siap memimpin? Pemuda yang siap memimpin dan siap dipimpin adalah mereka, pemuda yang memiliki keberanian, pemuda yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, pemuda yang selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam keyakinannya, pemuda yang berusaha menjaga akhlak dan kepribadian dan pemuda yang memiliki semangat kerja dan semangat usaha yang tinggi. Atau dapat diuraikan dengan apa yang telah dikisahkan oleh Allah didalam Alqur'an:
1. Pemuda yang memiliki keberanian. Dalam hal ini dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as. Yang memiliki keberanian untuk menghancurkan berhala-berhala hingga berkeping-keping. Kisah ini bisa dilihat di QS. Al-Anbiya' 56-70.
2. Pemuda yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dikisahkan didalam Al-Qur'an, "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum percayakah engkau?" dia (Ibrahim) menjawab, "Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang(mantap)." Dia (Allah) berfirman, "Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan diatas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Ketahuilah Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 260)
3. Pemuda yang selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam keyakinan. Pemuda yang seperti ini dikisahkan oleh Allah didalam Al-Qur'an Surah Al-Kahfi : 9-26 tentang sekelompok pemuda yang berselisih dan mencari petunjuk Allah.
4. Pemuda yang berusaha menjaga akhlak dan kepribadian. Pemuda seperti ini dikisahkan oleh Allah didalam Al-Qur'an Surah Yusuf. Ketika Nabi Yusuf mendapat godaan dari perempuan yang mengagumi ketampanannya. Maka Yusuf tetap menjaga (akhlak dan kepribadian) dirinya dari godaan yang dapat menjatuhkannya pada kemaksiatan.
5. Pemuda yang memiliki semangat kerja dan semangat usaha. Pemuda yang seperti ini telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Yang gigih dalam berdakwah dan semangat dalam membela ketauhidan yang diutus kepadanya. Walaupun cobaan dan ancaman terus datang dari musuh-musuhnya.
Telah jelas bahwa Pemuda memiliki tanggung jawab yang besar. Karena ditangan pemudalah mundur atau majunya suatu bangsa. Dalam sebuah kesempatan dalam orasinya, Presiden Ir. Soekarno meneriakkan semangatnya, "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."
Kembali ke permasalahan ke'Pemimpin'an. Lantas kenapa semua ini bisa terjadi. Kemiskinan, Pendidikan dan Pengangguran masih saja mengancam negeri yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan Manusianya ini. Seharusnya kita tidaklah menjadi bangsa yang seperti itu, karena kita mempunyai Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang banyak dan berkompeten. Jika kita melirik, sebenarnya hal yang seperti ini sudah lama dan sudah jauh-jauh dipelajari oleh Ilmuwan islam yang terkemuka. Ibnu Khaldun yang dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam ini meyakini sangat kenapa semua ini bisa sampai terjadi. Menurut penelitian beliau "Bahwa pada dasarnya negara-negara berdiri itu bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu disusul oleh generasi kedua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian akan datang generasi ketiga yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan akhirnya terbujuk oleh materi. Sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itupun hancur baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
Pada kalimat yang terakhir kita dapat garis bawahi, kita telah terbujuk/tergoda dengan kekayaan kita sendiri, sehingga kita menjadi bangsa yang hancur dan disaat seperti itu musuh-musuh kita baik yang didalam dan diluar mengambil kesempatan itu untuk meraihnya. Sebenarnya hal ini bisa tidak terjadi jika pemimpin dalam "hal ini" yang memiliki kekuasaan terbesar suatu negara memiliki karakter yang cermat dan tegas. DR. Ghazi Qashibi mengatakan, "tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika seorang pemimpin memiliki tiga karakter. Pertama, Mengetahui keputusan yang benar. Kedua, benar dalam mengambil keputusan. Ketiga, benar dalam menjalankan keputusan yang benar."
Kita berharap, semoga pemimpin-pemimpin kita dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Jika diberi amanah untuk menyelesaikan masalah, maka mereka menyelesaikan masalahnya itu dengan baik tanpa sedikitpun ada yang dikecewakan. Memang menjadi pemimpin itu tidak mudah, apalagi tanggung jawabnya tidak hanya dipertanggung jawabkan didunia, melainkan di akhirat juga.
Lantas Pemimpin yang seperti apa yang dapat menguatkan kepemimpinanya dan dapat dicintai rakyatnya? Beberapa langkah atau kekuatan untuk kepemimpinan yang baik dan agar dicintai rakyatnya, yang saya tulis sebagai berikut:
- Pemimpin yang berpengetahuan dan berwawasan luas. Pemimpin haruslah berwawasan luas. Ia harus memiliki wawasan kenegara-an yang tidak hanya Nasional akan tetapi Internasional. Artinya, tidak hanya berpengetahuan tentang bangsa dan negaranya sendiri. Akan tetapi bangsa lain dan negara lain juga harus ia ketahui. Bagi yang akan memimpin bangsa Indonesia, ia harus menguasai pengetahuan, baik budaya Indonesia, adatnya, alamnya, hukumnya dan agama-agamanya. Seiringan dengan pernyataan ini, Bapak BJ. Habibie berpendapat, "saya berkeyakinan bahwa sulit memimpin bangsa Indonesia jikalau tidak memahami budaya kepemimpinan jawa."
- Pemimpin yang bekerjasama dengan para tokoh agama. Hal ini saya ungkapkan karena, seorang pemimpin haruslah bisa bekerjasama dengan tokoh agama dinegerinya dalam membawa rakyatnya menuju kemajuan. Jika di indonesia agama yang diterima adalah Islam, Kristiani, Katholik Hindu dan Budha. Maka Pemimpin berkeharusan bekerjasama dengan tokoh-tokoh agama tersebut. Karena tokoh agama adalah panutan diagamanya. Jika pemimpin dengan tokoh agama tidak saling menguatkan atau tidak kompak. Maka sulit memimpin bangsa ini menuju kesejahteraan dan perdamaian, Umaro (Pemimpin) dan Ulama (tokoh agama didalam islam) harus seperti sebuah mata uang. Tidak bisa terpisahkan dalam memajukan bangsanya. Memberantas kebodohan, kemiskinan dan lain-lain. Dengan seperti itu, Insya Allah dengan izinnya bangsa ini sampai pada harapan yang lebih baik.
- Pemimpin ada untuk kebaikan rakyatnya. kebaikan dalam arti yang luas, bisa berupa peduli kepada rakyat. Kita bisa melihat bagaimana pemimpin-pemimpin terdahulu begitu mempedulikan rakyatnya. Seorang pemimpin seperti Umar bin Khattab contohnya, beliau tidak akan makan sebelum semua rakyatnya kenyang. Umar bin Khattab setiap malam mengelilingi seluruh kampungnya untuk memeriksa rakyatnya, apakah masih ada yang kelaparan. Jika ada maka beliau memberikan makanan kepada rakyatnya. Bisa berupa adil. Tidak berpilih kasih kepada rakyatnya. Ia harus menganggap rakyat seperti menganggap dirinya. Bisa berupa tempat perlindungan dari masalah-masalah yang mengancam. Ibnu Khaldun menegaskan, "Pemimpin itu ada untuk kebaikan rakyatnya, kebutuhan akan adanya pemimpin itu timbul dari kenyataan bahwa manusia haruslah hidup bersama. Dan tanpa seorang yang menjaga ketertiban, maka masyarakat akan pecah berantakan. Orangtua saya berkata, "kalau seorang pemimpin, seharusnya dia seperti pohon beringin. Pohon beringing yang selalu melindungi. Dibuat teduh enak, dipanjat mudah."
Dengan demikian semoga mereka dapat mengayomi rakyatnya dengan adil. Karena walau bagaimanapun rakyat telah ikut berpartisipasi dalam mensejahterakan negara.
"pemimpin adalah mereka yang mampu melihat lebih banyak dari oranglain, yang mampu melihat lebih jauh daripada oranglain, serta mampu melihat segala sesuatu sebelum oranglain." (L Eroy Eimes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar